Pelajar Indonesia memulai mimpinya menjadi nakhoda kapal

Perempuan masih kurang terwakili di sektor maritim, tetapi seorang pelajar politeknik kelautan Indonesia berkesempatan menapaki karir maritim dengan bergabung kapal kargo internasional untuk pelatihan selama setahun.

News | Jakarta, Indonesia | 29 June 2022
Melati Rahmawati ©ILO
Sebagai mahasiswi tahun ketiga ilmu atau kelautan nautika di Politeknik Maritim Negeri Semarang (Polimarin), Melati Rahmawati akan menjadi mahasiswi pertama dari politeknik tersebut yang magang di kapal kargo internasional.

Bagi Melati, ini selangkah lebih dekat untuk mewujudkan mimpinya menjadi nakhoda kapal - pekerjaan langka bagi perempuan di sektor maritim yang didominasi laki-laki.

Berasal dari kota kecil di Jawa Tengah, Salatiga, Melati memutuskan untuk melanjutkan studi ilmu kelautan karena kecintaannya pada geografi. Ketika berada di sekolah menengah, dia memenangkan medali perunggu di Olimpiade Geografi tingkat nasional.

“Sejak saat itu, saya semakin tertarik dengan geografi dan ingin melanjutkan studi yang berkaitan di perguruan tinggi. Nautika melibatkan banyak pengetahuan geografi untuk menavigasi, mengelola, dan mengoperasikan kapal,” katanya.

Polimarin memiliki kerja sama dengan Universitas Hochschule Wismar yang memungkinkan Melati dan siswa lainnya untuk belajar di Jerman selama enam bulan di tahun keempat atau terakhir mereka dan mendapatkan gelar sarjana dari universitas itu juga.

Kini di tahun ketiganya, Melati harus mengikuti pelatihan kerja di sebuah perusahaan maritim.

Kesempatan ini akan menjadi batu loncatan untuk mewujudkan impian saya,” ujarnya bersemangat."

Melati Rahmawati, mahasiswi tahun ketiga ilmu kelautan nautika
Pada April 2022, Bernhard Schulte Shipmanagement (BSM), sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Jerman, mencari bakat dari Indonesia untuk mengikuti pelatihan langsung selama satu tahun di kapal kargo mereka, MV Soho Principal. Melati merupakan satu-satunya siswi dari Polimarin yang mendaftar dan satu-satunya siswi dari sekolahnya yang terpilih untuk mengikuti pelatihan tersebut.

“Saya ingin menjadi kapten suatu hari nanti. Saya ingin mengejar karir internasional dan menjadi kebanggaan negara. Kesempatan ini akan menjadi batu loncatan untuk mewujudkan impian saya,” ujarnya bersemangat.

Proses rekrutmen cukup menantang karena pelamar harus melalui beberapa langkah termasuk tes bahasa Inggris dan tes pengetahuan pelaut atau Seafarers Enhancement Program (SEP) serta wawancara – dengan seluruh proses dilakukan dalam Bahasa Inggris.

“Saya tidak merasa kesulitan untuk mengikuti tes dan melakukan wawancara dalam bahasa Inggris. Sebelum mendaftar, saya mengikuti Marlins English Test di Polimarin dan mendapat nilai 95 dari 100 poin,” jelas Melati.

Marlins English Test merupakan tes standar internasional untuk pelaut. Dengan dukungan dari Skills for Prosperity Program Indonesia (SfP-Indonesia) - dilaksanakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan didanai oleh Pemerintah Inggris- Polimarin baru-baru ini mendapatkan status Marlins Approved Test Centre, yang memungkinkan institusi tersebut untuk memberikan sertifikasi bahasa Inggris untuk para siswa.

“Memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik sangat diperlukan bagi pelaut, terutama bagi mereka yang ingin bergabung dengan perusahaan internasional dimana mereka akan bekerja dengan awak kapal dari banyak negara. Apalagi semua panel kendali dan buku panduan ditulis dalam bahasa Inggris,” kata Melati.

Bekerja jauh dari rumah untuk waktu yang lama di lingkungan yang didominasi laki-laki mungkin menjadi tantangan bagi banyak perempuan muda. Namun Melati memandangnya sebagai petualangan, peluang baru untuk meningkatkan keterampilannya dan mempromosikan Indonesia sebagai negara maritim. Ia percaya bahwa perempuan memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki untuk menaklukkan lautan.

“Indonesia merupakan negara maritim dengan pulau-pulau terbesar di dunia dan garis pantai terpanjang,” ujarnya.

“Tetapi Tiongkok, India, dan Filipina masih menjadi pemimpin di sektor maritim regional. Inilah saatnya Indonesia bangkit dan bersinar. Dan saya percaya bahwa perempuan dapat memainkan peran besar dalam mencapai tujuan ini,” ujarnya.

Dia akan memulai perjalanannya pada Juli 2022, berangkat dari Tiongkok dan kemudian melakukan perjalanan ke India, Bangladesh, Kaledonia, dan banyak negara lainnya dalam waktu satu tahun.

Melati menyadari sepenuhnya bahwa bekerja di atas kapal dapat mengekspos dirinya pada risiko diskriminasi dan bahkan kekerasan. Namun, dia merasa siap menghadapi tantangan apa pun karena dia telah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi pelecehan, kekerasan, dan diskriminasi di tempat kerja.

SfP-Indonesia telah bekerja sama dengan empat mitra politeknik Indonesia, termasuk Polimarin, untuk meningkatkan kesetaraan, kualitas dan relevansi pelatihan keterampilan tingkat yang lebih tinggi dalam menanggapi tuntutan keterampilan yang berkembang di sektor maritim Indonesia. Ini termasuk promosi anti-diskriminasi dan anti-pelecehan dalam industri maritim. Pada bulan Desember 2021, program ini mengadakan serangkaian pelatihan untuk perwakilan mitra politeknik, industri dan serikat pekerja yang bertujuan untuk mengurangi pelecehan dan diskriminasi, serta mengarusutamakan gender dan inklusi sosial di lingkungan kerja maritim.

Mary Kent, Kepala Penasihat Teknis SfP-Indonesia, mengatakan langkah-langkah ini bersama dengan langkah-langkah positif yang diambil oleh pemerintah dan para pendidik yang mendukung, perwakilan pengusaha dan pekerja akan membantu menghilangkan hambatan untuk masuk dan meningkatkan kondisi kerja maritim.

Perempuan sangat kurang terwakili dalam angkatan kerja maritim global, katanya. Namun, diversifikasi di sektor ini akan sangat penting bagi cita-cita Indonesia untuk menjadi ekonomi maritim global terkemuka.

Mary menambahkan bahwa Melati telah menunjukkan bahwa remaja putri Indonesia dapat berhasil maju dalam persaingan dunia pelayaran internasional.

Ia mengatakan: “Melati akan terus menjadi duta dan panutan bagi mahasiswi di Polimarin, kembali untuk berbagi perjalanan dan pengalamannya sebagai alumni.”

“SfP-Indonesia akan terus bekerja sama dengan pemerintah, pendidik, pengusaha dan pekerja untuk meningkatkan akses ke pelatihan keterampilan tingkat yang lebih tinggi, dan mendorong pekerjaan yang layak di Ekonomi Biru Indonesia,” katanya.

“Kami akan terus mendukung perempuan seperti Melati untuk memiliki akses yang sama ke pelatihan, pendidikan dan kesempatan kerja maritim,” kata Mary “Saya berharap lebih banyak perempuan muda akan terinspirasi oleh teladannya”.