ILO bekerja sama dengan dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia untuk skrining mandiri HIV

ILO bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk untuk menerapkan skrining mandiri HIV guna meningkatkan pencegahan HIV di tempat kerja dan berkontribusi untuk mengakhiri AIDS pada 2030.

News | Jakarta, Indonesia | 14 September 2021
Untuk meningkatkan skala akses pencegahan, tes dan pengobatan HIV di Indonesia, ILO akan bekerja sama dengan dua perusahaan milik negara dalam program skrining HIV mandiri. PT Pertamina (Persero) Tbk, perusahaan migas dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, perusahaan konstruksi. Kedua perusahaan ini dikenal dengan kebijakan non-diskriminatif dan komitmen mereka terhadap pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di tempat kerja.

Kami berharap dapat memperluas program kami ke Indonesia, menyusul kerja sama yang kuat antara Kementerian Kesehatan dan Proyek STAR III yang telah membuat Panduan Teknis tentang Skrining HIV Mandiri."

Early D. Nuriana, Staf ILO untuk HIV/AIDS
Pelaksanaan skrining HIV mandiri didasarkan pada Panduan Bersama ILO-WHO tentang tes HIV mandiri di tempat kerja. Pedoman yang dikembangkan pada 2018 ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran HIV dan meningkatkan strategi di tempat kerja yang dapat membuat layanan tes HIV lebih mudah diakses dan menarik bagi mereka yang membutuhkan.Hingga saat ini, 59 negara telah mengadopsi kebijakan tes HIV mandiri dan banyak negara lain sedang mengembangkannya.

Early D. Nuriana, Staf ILO untuk HIV/AIDS, menyatakan bahwa ILO di tingkat global telah bekerja sama dengan WHO dan Unitaid-PSI di bawah inisiatif STAR III untuk menerapkan skrining HIV mandiri di Afrika, seperti Kenya dan Zambia. “Kami berharap dapat memperluas program kami ke Indonesia, menyusul kerja sama yang kuat antara Kementerian Kesehatan dan Proyek STAR III yang telah membuat Panduan Teknis tentang Skrining HIV Mandiri,” jelasnya saat Pertemuan Eksekutif dengan kedua perusahaan tersebut pada 8 September.

Program percontohan skrining HIV mandiri di kedua perusahaan ini dilakukan selama empat bulan dari September hingga Desember 2021 dengan dibantu mitra ILO, Yayasan Kusuma Buana, sebuah organisasi non-pemerintah yang menangani pencegahan HIV di dunia kerja.

Untuk program ini, ILO menyediakan 5.000 alat skrining HIV mandiri untuk kedua perusahaan. ILO juga memberikan bantuan teknis bagi perusahaan untuk mengadaptasi Panduan dari Kementerian Kesehatan serta ILO/WHO ke dalam kebijakan dan program perusahaan serta mendukung pelaksanaan skrining HIV mandiri dan membantu dalam berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk layanan rujukan.

Sementara perusahaan berkewajiban untuk merumuskan kebijakan yang relevan dan mengintegrasikan skrining HIV mandiri ke dalam mekanisme keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan yang ada, melakukan sosialisasi terhadap pekerja tentang skrining HIV mandiri dan memberikan pelatihan yang relevan.

Metode Tes Cairan Oral untuk skrining HIV mandiri
“Skrining HIV mandiri ILO menggunakan metode Tes Cairan Oral. Ini cara praktis dan sederhana yang bisa dengan mudah dilakukan oleh para pekerja sendiri,” tambah Early. Dia juga berharap program skrining HIV mandiri akan menginspirasi lebih banyak perusahaan untuk menerapkan pencegahan HIV di tempat kerja dan meningkatkan penggunaan tes HIV karena menawarkan kerahasiaan dan otonomi yang lebih besar kepada pekerja.

krining HIV mandiri adalah program yang efektif untuk pencegahan HIV, terutama di masa pandemi COVID-19."

Subhan, Senior Vice President QHSE & System PT Waskita Karya (Persero) Tbk
Senior Vice President QHSE & System PT Waskita Karya (Persero) Tbk, Subhan, menyambut positif kerja sama program skrining HIV mandiri ini. Ia percaya bahwa program ini dapat secara efektif mencegah penularan HIV di tempat kerja. “Skrining HIV mandiri adalah program yang efektif untuk pencegahan HIV, terutama di masa pandemi COVID-19,” tambahnya.

Dukungan serupa juga diberikan oleh Senior Vice President HSSE PT Pertamina (Persero) Tbk, Sahadi. “Program skrining HIV mandiri dapat berkontribusi pada pencegahan HIV di tempat kerja. Ini adalah langkah yang baik menuju upaya untuk mengakhiri AIDS pada 2030.

Indonesia termasuk dalam kategori tingkat epidemi yang terkonsentrasi rendah di antara populasi kunci dengan perkiraan 543.000 orang yang hidup dengan HIV. Namun, data Kementerian Kesehatan tahun 2020 menunjukkan bahwa 68 persen ODHA berasal dari populasi non-kunci dengan prevalensi tinggi pada usia produktif.