COVID-19: Mempromosikan pengembangan keterampilan

Saatnya perempuan merebut peluang di sektor TIK

Bahkan setelah satu dasawarsa sejak industri 4.0 diperkenalkan pada 2011, ketidakcocokan keterampilan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masih terjadi. Lebih banyak orang, terutama perempuan, diharapkan dapat terjun ke sektor yang berkembang pesat ini.

News | Jakarta, Indonesia | 23 March 2021
Sesi IG Live bersama dengan kaum muda Indonesia untuk mempromosikan bidang pekerjaan TIK, terutama bagi perempuan
Digitalisasi dan otomatisasi yang masif di dunia kerja telah mengubah sifat pekerjaan, memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan menyebabkan hilangnya pekerjaan, terutama di industri padat karya. Sementara jutaan pekerjaan hilang, perkembangan teknologi akan menciptakan banyak pekerjaan baru yang sebagian besar membutuhkan keterampilan digital dan komputer. Namun, banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, kekurangan talenta digital.

Sekarang, semakin banyak perempuan yang memanfaatkan teknologi untuk mencari keuntungan bahkan melalui usaha sederhana misalnya menjual produk secara daring. Dalam skala lebih besar, kita bisa melihat semakin banyak perempuan yang bekerja di perusahaan rintisan sebagai insinyur dan pengembang TI. Ini membuktikan bahwa perempuan mempunyai potensi untuk meraih peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi."

Tauvik Muhamad, Staf Teknis ILO untuk Pengembangan Keterampilan
Untuk mendukung pengembangan talenta digital di Indonesia, ILO telah melakukan berbagai dialog sosial dan studi seputar topik ini dan meningkatkan kesadaran gender di bidang TIK. Berkolaborasi dengan GRID Network, salah satu jaringan media di Indonesia, ILO mengadakan sesi Instagram Live untuk membahas tantangan dan peluang dalam berkarier di dunia TIK untuk anak muda, khususnya perempuan.

“Pekerjaan TIK sering dipersepsikan sebagai pekerjaan laki-laki. Sekarang, semakin banyak perempuan yang memanfaatkan teknologi untuk mencari keuntungan bahkan melalui usaha sederhana misalnya menjual produk secara daring. Dalam skala lebih besar, kita bisa melihat semakin banyak perempuan yang bekerja di perusahaan rintisan sebagai insinyur dan pengembang TI. Ini membuktikan bahwa perempuan mempunyai potensi untuk meraih peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi,” kata Tauvik Muhamad, Staf Teknis ILO untuk Pengembangan Keterampilan.

Sementara itu, Fransiska Hadiwidjana, Kepala Pengembang TI di Mamikos.com, mengakui bahwa perempuan masih sedikit terwakili di dunia TIK. Menurutnya, di antara 60 insinyur perangkat lunak yang berada di bawah kepemimpinannya, hanya ada 10 perempuan. “Saat kuliah, hanya ada 20 mahasiswi dari total 100 mahasiswa peminatan software engineer di kelas. Tidak mengherankan, hanya sedikit perempuan yang akhirnya berkarir di dunia TIK,” tutur Fransiska yang juga merupakan pendiri dan CTO WomenWorks, perusahaan rintisan yang memberikan program pendampingan bagi perempuan untuk meraih tujuan karier mereka.

Selama acara yang berlangsung pada Rabu, 17 Maret, para pemirsa muda penasaran apakah mereka bisa memulai karier di sektor TIK jika latar belakang pendidikannya tidak sesuai. Menjawab pertanyaan tersebut, Fransiska menjelaskan bahwa setiap orang dengan latar belakang pendidikan apapun dapat mendaftar di berbagai posisi asalkan mereka memunyai keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan.

“Industri digital dan internet terus berkembang. Bahkan seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang relevan masih harus meningkatkan keterampilannya mengikuti perkembangan yang ada. Jadi, setiap orang bisa terjun ke TI, namun harus membuktikan kemampuannya,” jelasnya.

Selain keterampilan teknis, Tauvik menekankan pentingnya keterampilan lunak untuk mendaftar posisi TIK. Menurut studi terbaru ILO berjudul “Penilaian cepat kebutuhan keterampilan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia”, kerja sama tim merupakan keterampilan yang paling banyak diminta oleh industri, yaitu sebanyak 33,72 persen, diikuti komunikasi (20,18%) dan kemauan untuk belajar (12,39%).

Jenjang kariernya sangat menjanjikan dan kompensasinya di atas rata-rata. Kenapa masih ragu? Percaya pada diri sendiri karena kalau kamu percaya, tidak ada orang yang bisa mematahkanmu."

Fransiska Hadiwidjana, Kepala Pengembang TI di Mamikos.com
“Sekarang ini, anak muda sangat bergantung pada gawai dan internet dalam melakukan segala aktivitas. Ini membuat mereka selalu mengikuti perkembangan digital terbaru, namun di sisi lain mengurangi interaksi sosial. Sebagai hasilnya, kebanyakan dari mereka kurang memiliki kemampuan kerja sama tim dan komunikasi. Terlibat aktif di kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi pemuda akan membantu mereka meningkankan keterampilan lunak ini,” nasihat Tauvik.

Baik Tauvik dan Fransiska setuju jika digitalisasi membuka peluang besar untuk diraih semua orang, tidak peduli apapun gendernya. “Jenjang kariernya sangat menjanjikan dan kompensasinya di atas rata-rata. Kenapa masih ragu? Percaya pada diri sendiri karena kalau kamu percaya, tidak ada orang yang bisa mematahkanmu,” Fransiska menutup sesi diskusi dengan nasihat motivasi.

Acara ini merupakan bagian dari seri berbagi pengetahuan tentang permintaan keterampilan dan peluang pekerjaan di sektor TIK yang dibiayai bersama antara Pemerintah Jepang (proyek pengembangan keterampilan) dan Fast Retailing Co., Ltd., (proyek perlindungan pengangguran atau UNIQLO). Seri diskusi ini mengundang anak muda yang menginsiprasi untuk membagikan kisah sukses mereka berkarier di era digital. Dengan semakin banyaknya orang bergabung di dunia digital, ini akan membawa dampak positif bagi perekonomian nasional, membuka peluang pasar bagi industri dan menambah pendapatan bagi pekerja.