Saling percaya menjadi kunci peningkatan produktivitas di tempat kerja

ILO memfasilitasi dialog bipartit dalam rangka membangun kerja sama pekerja-manajemen yang baik yang mengarah pada peningkatan produktivitas di tingkat perusahaan.

News | Jakarta, Indonesia | 15 March 2021
Perwakilan pekerja dan manajemen dari 30 perusahaan menyepakati rasa saling percaya adalah kunci dari kerja sama pekerja-manajemen di tingkat perusahaan. Rasa saling percaya menjadi semakin penting terutama di masa pandemi COVID-19 yang telah memberikan dampak buruk pada usaha, pekerjaan dan aktivitas sosial ekonomi.

Pertemuan bipartit di salah satu perusahaan Indonesia untuk meningkatkan produktivitas
Kesepakatan tersebut tercapai melalui dialog terbuka dan interaktif, yang didukung oleh ILO bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan pada 2-3 Maret di Kawasan Industri MM2100, Bekasi, Jawa Barat dan 9-10 Maret di Cikande, Serang, Banten. Selain untuk mendukung kerja sama pekerja manajemen yang lebih baik di tingkat perusahaan, dialog tersebut juga mendorong peningkatan produktivitas melalui perundingan bersama untuk mencari cara bekerja dengan lebih efektif dan efisien.

Selain hubungan kerja yang baik, perusahaan juga perlu memiliki model indikator yang dapat mengukur produktivitas perusahaan, riwayat data awal untuk membandingkan kinerja dan target yang dapat dikelola."

M. Fachrurrozi, Direktur Pengembangan Produktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan
Berdasarkan laporan Forum Ekonomi Dunia tahun 2019, indeks produktivitas Indonesia menduduki peringkat ke-50 dari 141 negara, turun dari peringkat ke-45 pada 2018. Menimbang posisi tersebut, perwakilan Kementerian Ketenagakerjaan, M. Fachrurrozi, Direktur Pengembangan Produktivitas, menyoroti peran penting dari manajemen dan pekerja dalam pembagian produktivitas.

“Manajemen akan dapat memfasilitasi hubungan kerja yang baik dengan pekerja, sedangkan serikat pekerja berperan memberikan masukan dan dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Selain hubungan kerja yang baik, perusahaan juga perlu memiliki model indikator yang dapat mengukur produktivitas perusahaan, riwayat data awal untuk membandingkan kinerja dan target yang dapat dikelola,” ujarnya.

Kuncinya adalah rasa saling percaya dan menetapkan produktivitas sebagai tujuan bersama. Jika tercapai, kedua belah pihak pasti akan menikmati keuntungannya."

Siti Junaedah, Direktur Persyaratan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan
Sementara Siti Junaedah, Direktur Persyaratan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, menekankan pentingnya produktivitas yang harus direspons dengan baik oleh lembaga bipartit karena berkaitan erat dengan pengusaha dan pekerja. Karenanya, masalah terkait produktivitas perlu dibahas secara komprehensif dan menjadi bagian dari perundingan bersama.

“Untuk membahas produktivitas dalam perundingan bersama, kedua belah pihak perlu memahami definisi dan prinsip dasar produktivitas, memiliki komitmen yang sama untuk menaikkan produktivitas dan saling berkomunikasi untuk meningkatkannya. Kuncinya adalah rasa saling percaya dan menetapkan produktivitas sebagai tujuan bersama. Jika tercapai, kedua belah pihak pasti akan menikmati keuntungannya,” ungkapnya.

Sepakat dengan hal tersebut, Arun Kumar, Spesialis Perundingan Bersama dan Dialog Sosial ILO, mengingatkan kedua belah pihak bahwa produktivitas di tempat kerja tidak hanya meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya produksi, namun juga dapat meningkatkan daya saing perusahaan serta meningkatkan nilai tambah. Ini, pada gilirannya, akan mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi yang menciptakan kondisi terjaminnya keamanan kerja dan kemampuan perusahaan untuk membayar upah riil yang lebih tinggi.

Menghilangkan hambatan untuk meningkatkan produktivitas

Selama dialog, perwakilan manajemen dan pekerja secara terbuka membahas persoalan-persoalan yang mereka miliki. Dari sisi manajemen, kurangnya motivasi dan kapasitas pekerja serta ketidakpuasan merupakan penghambat utama dalam peningkatan produktivitas. Sementara pekerja mengidentifikasi kurangnya transparansi, kesempatan pelatihan dan peraturan kerja yang konsisten.

Manajemen puncak harus berkomitmen untuk berinvestasi dalam memodernisasi tempat kerja dan memperluas tersedianya modal; sementara pekerja harus berkomitmen pada tujuan perusahaan dan beralih dari 'konflik dan keinginan mengendalikan' menjadi 'saling percaya dan kolaborasi'. Untuk itu, kedua belah pihak perlu saling mengubah perilaku dan membangun etos kerja di perusahaan."

Arun Kumar, Spesialis Perundingan Bersama dan Dialog Sosial ILO
Setelah mengidentifikasi hambatan-hambatan tersebut, baik manajemen maupun pekerja kemudian mengkaji peluang untuk perbaikan. Mereka sepakat bahwa produktivitas dapat ditingkatkan melalui peningkatan teknologi, investasi pada mesin dan pemeliharaan yang lebih baik, kualitas input, perbaikan metode dan sistem, jalur produksi yang lebih baik dan peningkatan kebijakan sumber daya manusia.

Sebagai penutup, Arun mengingatkan para peserta tentang pentingnya komitmen dari kedua belah pihak. “Manajemen puncak harus berkomitmen untuk berinvestasi dalam memodernisasi tempat kerja dan memperluas tersedianya modal; sementara pekerja harus berkomitmen pada tujuan perusahaan dan beralih dari 'konflik dan keinginan mengendalikan' menjadi 'saling percaya dan kolaborasi'. Untuk itu, kedua belah pihak perlu saling mengubah perilaku dan membangun etos kerja di perusahaan,” pungkasnya.

Sebagai tindak lanjutnya, Direktorat Pengembangan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan kegiatan pelatihan tentang penggunaan alat, teknik dan metode produktivitas serta penerapannya dalam operasi produksi harian perusahaan pada awal April. Sementara itu, perusahaan yang berpartisipasi juga berkomitmen untuk memperbarui cara mereka melakukan perundingan bersama dengan mencoba mewujudkan rasa saling memahami dan mengintegrasikan masalah produktivitas ke dalam masalah ketenagakerjaan lainnya.