Ciptakan lingkungan kerja yang saling percaya dengan komunikasi efektif di tengah pandemi

Budaya komunikasi konstruktif dan saling percaya penting untuk dikembangkan di tempat kerja, terutama di tengah pandemi COVID-19 yang masih melanda berbagai negara, termasuk Indonesia. Program SCORE ILO membuktikan bahwa komunikasi yang efektif serta transparansi di lingkungan kerja menjadi faktor kunci dalam upaya menghadapi tantangan dunia kerja di masa yang sulit ini.

News | Jakarta, Indonesia | 23 November 2020
Pertemuan bipartit di salah satu perusahaan di Indonesia (c) ILO/A. Mirza
Mengembangkan budaya saling mempercayai dan menghormati di tempat kerja menjadi semakin penting kala pandemi COVID-19 yang memberikan tekanan terhadap berbagai bidang usaha. Di tengah ketidakstabilan dunia kerja dan ketidakpastian usaha, budaya tempat kerja yang sehat kian dibutuhkan.

Kemampuan untuk menciptakan solusi yang saling menguntungkan untuk pekerja dan manajemen merupakan hal penting, terutama di tengah ketidakpastian saat pandemi."

Januar Rustandie, Manajer Proyek SCORE Indonesia
Guna memelihara budaya lingkungan kerja yang kuat, Program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE) ILO mengundang anggota dari enam Konfederasi Serikat Pekerja untuk berpartisipasi dalam seminar virtual yang menyoroti kemampuan komunikasi asertif.

“Kemampuan untuk menciptakan solusi yang saling menguntungkan untuk pekerja dan manajemen merupakan hal penting, terutama di tengah ketidakpastian saat pandemi,” kata Manajer Proyek SCORE Indonesia, Januar Rustandie.

Lebih dari 200 penggiat serikat pekerja – serikat buruh mengikuti acara yang merupakan kolaborasi ILO SCORE dengan Semut Management Indonesia (SMI) itu. Mereka datang dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), Konfederasi Serikat Buruh Muslimin Indonesia (K-SARBUMUSI), Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia-ATUC (KSPSI-ATUC) dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI).

Adanya batasan-batasan dalam berkomunikasi, yang dapat muncul dari tingkat stres seseorang, aspek sosial dan kepercayaan, penting untuk disadari agar kita dapat menyampaikan pesan dengan tepat dan jelas, dengan cara dan ekspresi yang tepat pula."

Muji Rahayu yang merupakan salah seorang pelatih ILO SCORE dari KSBSI
Dibuka oleh Helmy Salim, penggiat serikat dari KSPSI, webinar tersebut menyoroti tiga keterampilan non-teknis atau soft skills yang kerap dicari oleh para perekrut di berbagai perusahaan, yakni kejujuran, kemampuan berkomunikasi yang baik, serta sikap visioner. Para peserta dibekali ilmu untuk menyeimbangkan sikap pasif dan agresif dalam berkomunikasi, dengan mengombinasikan aspek-aspek verbal dan non-verbal.

Selain itu, diberikan pula materi untuk meningkatkan kemampuan para peserta dalam mengekspresikan perasaan masing-masing sesuai pada tempat dan porsinya, membela hak pribadi dan menegaskan pemikiran serta kepercayaan masing-masing dengan terbuka.

Materi-materi tersebut kemudian dilengkapi dengan tips dan trik yang dapat dipraktikkan langsung oleh para peserta guna mencapai komunikasi yang efektif di tempat kerja.

“Adanya batasan-batasan dalam berkomunikasi, yang dapat muncul dari tingkat stres seseorang, aspek sosial dan kepercayaan, penting untuk disadari agar kita dapat menyampaikan pesan dengan tepat dan jelas, dengan cara dan ekspresi yang tepat pula,” ungkap Muji Rahayu yang merupakan salah seorang pelatih ILO SCORE dari KSBSI.

Informasi yang diberikan dalam webinar ini menjadi pengalaman baru yang membuat saya menyadari dan lebih memahami pentingnya komunikasi. Ilmu yang didapat sangat berguna dan dapat dipraktikkan dalam bernegosiasi."

Andang Maryana, anggota KSPSI-ATUC
Memberikan gambaran situasi yang singkat dan jelas, dipadukan dengan ekspresi yang tenang dan positif, permintaan yang spesifik, serta menimbang hasil yang mungkin dapat dicapai, merupakan salah satu teknik verbal yang diberikan kepada para peserta.

Sementara itu, materi dalam konteks non-verbal terfokus pada postur tubuh yang tegak, volume dan intonasi suara, kontak mata, nafas yang teratur serta senyuman yang ramah.

“Informasi yang diberikan dalam webinar ini menjadi pengalaman baru yang membuat saya menyadari dan lebih memahami pentingnya komunikasi. Ilmu yang didapat sangat berguna dan dapat dipraktikkan dalam bernegosiasi,” ujar Andang Maryana yang merupakan anggota KSPSI-ATUC.

Tips dan trik yang diberikan ini sangat bermanfaat untuk mengubah pola pikir agar dapat menjadi asertif dalam berkomunikasi di tempat kerja."

Benny Rusli, anggota KSPN
Selain teknik dan ilmu yang dapat diaplikasikan langsung dalam interaksi dengan orang lain, para pelatih juga memberikan langkah-langkah persiapan yang dapat dilakukan peserta sebelum bernegosiasi atau menyampaikan pesan dan tujuan.

Langkah-langkah itu termasuk menguasi topik yang ingin dibahas, mencari informasi terkait pihak yang akan dihubungi, melatih alur percakapan dan memilih lokasi yang netral untuk berbicara, yakni bukan ruangan salah satu pihak.

“Tips dan trik yang diberikan ini sangat bermanfaat untuk mengubah pola pikir agar dapat menjadi asertif dalam berkomunikasi di tempat kerja,” tukas Benny Rusli dari KSPN.

Sama seperti Benny, Nina Batuatas dari K-Sarbumusi mengatakan bahwa materi yang diberikan membawa pencerahan terhadap komunikasi asertif, yang dianggapnya sebagai cara yang baik untuk berinteraksi dengan para pekerja. “Kita kerap menghadapi situasi seperti ini di lingkungan kerja,” katanya.