COVID-19: Mempromosikan pencegahan HIV di tempat kerja

Memecah kebisuan melawan HIV/AIDS di kalangan muda dengan pengetahuan

Untuk mengurangi kerentanan kaum muda terhadap HIV/AIDS di negara ini, ILO dengan mitra sosialnya memberdayakan kaum muda Indonesia dengan pengetahuan dan kesadaran yang lebih baik.

News | Jakarta, Indonesia | 30 October 2020
Kurangnya pengetahuan telah menempatkan kaum muda Indonesia yang berusia 15-24 tahun pada risiko HIV yang tinggi. Budaya tabu dan keyakinan agama, ditambah dengan rasa malu dan kerahasiaan, telah menghambat komunikasi tentang kesehatan reproduksi, seks yang aman dan pendidikan untuk mempromosikan perilaku pencegahan. Webinar ILO tentang kerentanan kaum muda terhadap HIV/AIDS secara interaktif membahas fakta dan mitos tentang HIV/AIDS dengan lebih dari 500 anak muda Indonesia pada 27 Oktober.


Early D. Nuriana, koordinator ILO untuk program pencegahan HIV, menekankan pentingnya pengetahuan sebagai sarana untuk tidak hanya memberikan perlindungan yang lebih baik bagi kaum muda Indonesia terhadap HIV, tetapi juga untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap masalah ini. “Oleh

Dengan memiliki pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi dan statusnya, mereka dapat menemukan penanganan yang diperlukan, menghindari perilaku berisiko dan menjalani hidup lebih sehat."

Early D. Nuriana, koordinator ILO untuk program pencegahan HIV
karena itu, penting bagi kaum muda untuk memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan HIV serta bagi mereka yang aktif secara seksual untuk mengetahui status HIV sejak dini. Dengan memiliki pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi dan statusnya, mereka dapat menemukan penanganan yang diperlukan, menghindari perilaku berisiko dan menjalani hidup lebih sehat.”

Berbagi kehidupannya sebagai pekerja muda dengan HIV, M. Fakhri mengatakan bahwa setelah mengetahui statusnya, kondisi dan produktivitasnya dapat terus dipertahankan dengan rutin mengonsumsi obat ARV. “Ada persepsi yang salah tentang HIV. Saya percaya ini sama seperti penyakit lainnya. Dengan menjalani perawatan dan pengobatan, kami tetap bisa menjaga kondisi dan tetap fit bekerja,” tukasnya.

Program pendidikan HIV dapat diintegrasikan melalui mekanisme K3 yang ada di tingkat perusahaan. Integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang program pencegahan HIV dan memperkuat komitmen di tingkat pimpinan untuk mengembangkan kebijakan non-diskriminatif di tempat kerja."

Deni Dwi Junico, penggiat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) muda ILO
Untuk memerangi stigma dan diskriminasi, Fakhri menghubungi atasannya untuk membuka tentang status HIV-nya. Atasannya bahkan mendukung keputusan untuk mengungkapkan statusnya kepada rekan sekerjanya. “Pengetahuan yang benar tentang HIV membuat rekan sekerja menerima dan mendukung kondisi saya. Mereka bahkan dengan rajin mengingatkan saya untuk minum obat tepat waktu,” ungkap Fakhri.

Sementara itu, Deni Dwi Junico, penggiat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) muda ILO, menggarisbawahi integrasi isu terkait HIV ke dalam mekanisme K3 di tempat kerja. Integrasi ini diharapkan dapat memutus siklus penularan HIV akibat perilaku berisiko karena kurangnya pengetahuan.

“Program pendidikan HIV dapat diintegrasikan melalui mekanisme K3 yang ada di tingkat perusahaan. Integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang program pencegahan HIV dan memperkuat komitmen di tingkat pimpinan untuk mengembangkan kebijakan non-diskriminatif di tempat kerja,” kata Deni.

Program VCT untuk pekerja, termasuk pekerja muda
Hasil jajak pendapat yang dilakukan dalam webinar mengenai fakta dan mitos terkait HIV/AIDS menunjukkan masih adanya kesalahpahaman tentang HIV/AIDS. Misalnya, 48 persen peserta masih menganggap air liur sebagai salah satu cara penularan HIV. Menanggapi hasil tersebut, Dr Maya Trisiswati, pakar HIV dari HIV/AIDS Care Yarsi, berupaya meningkatkan pemahaman para peserta muda ini terkait fakta HIV.

Kaum muda berusia 15-24 tahun dengan HIV sudah mencapai 24 persen dari total jumlah orang dengan HIV di negeri ini. Hingga saat ini, seluruh provinsi di Indonesia sudah terjangkit HIV."

Dr Maya Trisiswati, pakar HIV dari HIV/AIDS Care Yarsi
“Kita perlu terus meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS, khususnya bagi generasi muda Indonesia. Kaum muda berusia 15-24 tahun dengan HIV sudah mencapai 24 persen dari total jumlah orang dengan HIV di negeri ini. Hingga saat ini, seluruh provinsi di Indonesia sudah terjangkit HIV,” imbuhnya.

Senada, Anggiat Mangasi Nainggolang, aktivis muda dari Inti Muda Indonesia, berbagi pengalamannya dalam mengadvokasi kaum muda tentang HIV/AIDS dengan mengajak mengetahui status sejak dini. “Banyak orang muda percaya mereka aman karena tidak menunjukkan gejala. Kurangnya pengetahuan membuat mereka tidak menyadari bahwa jika tidak melindungi diri dengan baik maka akan dapat memberikan dampak pada orang lain,” kata Anggiat.

Kurangnya pengetahuan membuat mereka tidak menyadari bahwa jika tidak melindungi diri dengan baik maka akan dapat memberikan dampak pada orang lain."

Anggiat Mangasi Nainggolang, aktivis muda dari Inti Muda Indonesia
Webinar interaktif ini ditutup dengan gagasan bahwa program pendidikan HIV adalah kunci untuk mencegah penyebaran HIV, terutama di kalangan kaum muda. Di tempat kerja, program pendidikan ini dapat diintegrasikan sebagai bagian dari mekanisme K3.

Webinar ini merupakan bagian dari serangkaian webinar HIV/AIDS yang diselenggarakan oleh ILO bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Kesehatan. Webinar delapan seri ini diadakan setiap hari Selasa dari 20 Oktober hingga Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember.