COVID-19: Mempromosikan pencegahan HIV di tempat kerja
Memecah kebisuan melawan HIV/AIDS di kalangan muda dengan pengetahuan
Untuk mengurangi kerentanan kaum muda terhadap HIV/AIDS di negara ini, ILO dengan mitra sosialnya memberdayakan kaum muda Indonesia dengan pengetahuan dan kesadaran yang lebih baik.
Early D. Nuriana, koordinator ILO untuk program pencegahan HIV, menekankan pentingnya pengetahuan sebagai sarana untuk tidak hanya memberikan perlindungan yang lebih baik bagi kaum muda Indonesia terhadap HIV, tetapi juga untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap masalah ini. “Oleh
Dengan memiliki pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi dan statusnya, mereka dapat menemukan penanganan yang diperlukan, menghindari perilaku berisiko dan menjalani hidup lebih sehat."
Early D. Nuriana, koordinator ILO untuk program pencegahan HIV
Berbagi kehidupannya sebagai pekerja muda dengan HIV, M. Fakhri mengatakan bahwa setelah mengetahui statusnya, kondisi dan produktivitasnya dapat terus dipertahankan dengan rutin mengonsumsi obat ARV. “Ada persepsi yang salah tentang HIV. Saya percaya ini sama seperti penyakit lainnya. Dengan menjalani perawatan dan pengobatan, kami tetap bisa menjaga kondisi dan tetap fit bekerja,” tukasnya.
Program pendidikan HIV dapat diintegrasikan melalui mekanisme K3 yang ada di tingkat perusahaan. Integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang program pencegahan HIV dan memperkuat komitmen di tingkat pimpinan untuk mengembangkan kebijakan non-diskriminatif di tempat kerja."
Deni Dwi Junico, penggiat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) muda ILO
Sementara itu, Deni Dwi Junico, penggiat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) muda ILO, menggarisbawahi integrasi isu terkait HIV ke dalam mekanisme K3 di tempat kerja. Integrasi ini diharapkan dapat memutus siklus penularan HIV akibat perilaku berisiko karena kurangnya pengetahuan.
“Program pendidikan HIV dapat diintegrasikan melalui mekanisme K3 yang ada di tingkat perusahaan. Integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang program pencegahan HIV dan memperkuat komitmen di tingkat pimpinan untuk mengembangkan kebijakan non-diskriminatif di tempat kerja,” kata Deni.

Kaum muda berusia 15-24 tahun dengan HIV sudah mencapai 24 persen dari total jumlah orang dengan HIV di negeri ini. Hingga saat ini, seluruh provinsi di Indonesia sudah terjangkit HIV."
Dr Maya Trisiswati, pakar HIV dari HIV/AIDS Care Yarsi
Senada, Anggiat Mangasi Nainggolang, aktivis muda dari Inti Muda Indonesia, berbagi pengalamannya dalam mengadvokasi kaum muda tentang HIV/AIDS dengan mengajak mengetahui status sejak dini. “Banyak orang muda percaya mereka aman karena tidak menunjukkan gejala. Kurangnya pengetahuan membuat mereka tidak menyadari bahwa jika tidak melindungi diri dengan baik maka akan dapat memberikan dampak pada orang lain,” kata Anggiat.
Kurangnya pengetahuan membuat mereka tidak menyadari bahwa jika tidak melindungi diri dengan baik maka akan dapat memberikan dampak pada orang lain."
Anggiat Mangasi Nainggolang, aktivis muda dari Inti Muda Indonesia
Webinar ini merupakan bagian dari serangkaian webinar HIV/AIDS yang diselenggarakan oleh ILO bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Kesehatan. Webinar delapan seri ini diadakan setiap hari Selasa dari 20 Oktober hingga Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember.