COVID-19: Mendukung perusahaan, pekerjaan dan pendapatan

Bertahan di tengah pandemi COVID-19 dengan pemasaran dan bisnis daring

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang paling terdampak berat oleh pandemi COVID-19 yang terus menekan perekonomian di berbagai negara. Program pelatihan pemasaran dan media sosial SCORE ILO membantu upaya para pelaku UMKM membangkitkan kembali bisnis mereka

News | Jakarta, Indonesia | 26 October 2020
UMKM Indonesia, yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional, berjuang untuk mempertahakan produktivitas dan terus bertahan hidup di tengah keadaan yang tak menentu. Kendati para pelaku UMKM berupaya mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk bertahan, bantuan dan dukungan tetap dibutuhkan.

UMKM Indonesia paling terkena dampak pandemi COVID-19 (c) ILO/F. Latief
“Sejumlah perusahaan telah melakukan diversifikasi produk dan lainnya mengalihkan usaha mereka menjadi usaha daring. Perusahaan membutuhkan dukungan dalam mengadaptasi model dan operasional usaha ‘setelah corona,” ujar Januar Rustandie, Manajer Program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE) ILO di Indonesia.

Sejumlah perusahaan telah melakukan diversifikasi produk dan lainnya mengalihkan usaha mereka menjadi usaha daring. Perusahaan membutuhkan dukungan dalam mengadaptasi model dan operasional usaha ‘setelah corona."

Januar Rustandie, Manajer Program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE) ILO di Indonesia
Mengingat pentingnya dukungan dan pendampingan bagi UMKM Indonesia, program SCORE ILO Indonesia berupaya meminimalisir dampak pandemi COVID-19 terhadap perusahaan-perusahaan mikro melalui sesi pelatihan penggunaan market place dan media sosial sebagai platform usaha, yang digelar secara daring. Sesi tersebut digelar dengan menggandeng mitra SCORE Indonesia, yakni Business and Export Development Organization (BEDO).

Sebanyak 40 UMKM dari berbagai daerah, termasuk Jawa, Bali, dan Lombok, turut berpartisipasi dalam program yang berlangsung selama tiga bulan dari bulan April hingga Juni 2020. Para pelaku UMKM yang mengikuti pelatihan virtual ini pernah mengikuti pelatihan program SCORE ILO untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka. Mereka  pun telah mengenal metode pelatihan yang diberikan yang mendorong BEDO untuk memberikan pendampingan dalam program pelatihan ini. .

Tiga dari empat peserta mencatat penurunan omset usaha sebesar 30 hingga 90 persen. Salah satu UMKM yang mencatat kemerosotan penghasilan yang tajam adalah Godho Batik dari Banyuwangi, Jawa Timur, yang melayani pesanan baju custom-made, dari Rp 65 juta menjadi Rp 9 juta akibat berkurangnya jumlah pesanan.

Guna membantu para pelaku UMKM bertahan di tengah pandemi, ILO SCORE dan BEDO mengadakan pendampingan bisnis dan konsultasi secara perorangan melalui pesan singkat atau sambungan telepon. Konsultasi secara langsung ini dapat memungkinkan para peserta segera mengubah cara mereka melakukan usaha agar bertahan selama masa resesi ini.

“Konsultasi secara perorangan memungkinkan para pelatih untuk memperhatikan tantangan-tantangan yang dihadapi masing-masing UMKM secara spesifik dan memberikan saran yang dapat diaplikasikan terhadap produk masing-masing,” ujar Januar.

Sebanyak 17 orang pelatih ILO SCORE ikut terlibat dalam program konsultasi perorangan ini dengan berbagai topik, mulai dari inovasi produk dan segmentasi pasar, pembukuan, kebersihan dan K3, kerja sama dan pembagian informasi, pemasaran secara daring, serta foto produk yang menarik.

Dengan mempertimbangkan kebutuhan atas pemasaran daring yang terus meningkat, program pelatihan juga menyediakan kelas-kelas daring yang membahas kiat-kiat menggunakan media sosial secara optimal untuk mendorong penjualan dan memperluas pasar.

Hanya 35 persen dari seluruh UMKM yang berpartisipasi yang telah memasarkan produknya secara daring, sementara peserta lainnya belum benar-benar melakukan pemasaran secara daring atau bahkan belum melakukannya sama sekali.

Usai pelatihan, 87 persen dari UMKM yang terlibat mencatat peningkatan omset sebesar 100 hingga 600 persen, sementara 23 persen telah menambah jumlah pekerja. Penerapan pemasaran digital juga telah membantu para UMKM menjaring pelanggan baru, mendata calon pelanggan serta memperluas pasar sebesar 21 persen.

Perusahaan mainan edukasi anak-anak dari Malang, Popatoy, telah menikmati peningkatan omset setelah beralih ke strategi pemasaran daring. Perusahaan ini mencatat peningkatan omset sebesar dua kali lipat, dari Rp 8 juta menjadi Rp 16 juta."

Salah satu perusahaan yang telah mencatat peningkatan omset adalah Akar Jawi, bisnis garapan Ummi Salamah asal Rembang yang menyediakan produk-produk herbal. Ummi mengatakan bahwa omset Akar Jawi meningkat secara drastis, dari Rp 3 juta hingga hampir Rp 20 juta, karena adanya besarnya permintaan atas produk herbal di tengah pandemi COVID-19.

Sementara perusahaan mainan edukasi anak-anak dari Malang, Popatoy, telah menikmati peningkatan omset setelah beralih ke pemasaran daring. Pemilik Popatoy, Anisa Aprilia, mengakui telah mencatat peningkatan omset sebesar dua kali lipat, dari Rp 8 juta menjadi Rp 16 juta. Ia bahkan merekrut dua pekerja tambahan dan meningkatkan jumlah reseller dari 15 menjadi 18 orang.

“Dari program ini, kami menyadari bahwa kami perlu lebih banyak membahas topik pemasaran, termasuk penyesuaian yang tepat bagi pelanggan di tengah pandemi, seleksi produk serta strategi pemasaran yang adaptif terhadap kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” pungkas Januar.