Melampaui keterampilan teknis: Keterampilan nonteknis penting di tempat kerja

Kombinasi antara keterampilan teknis dan nonteknis sangat diminati untuk pasar kerja dan bisnis yang kompetitif saat ini. ILO mengujicoba program pembelajaran barunya untuk membantu perusahaan mengintegrasikan keterampilan nonteknis ke dalam program pengembangan sumber daya manusia mereka.

News | Jakarta, Indonesia | 08 October 2018
Pelatihan nonteknis di PT TMMIN, secara keseluruhan diikuti oleh 44 pegawai
Keterampilan komunikasi yang kuat, membangun hubungan positif dengan para pemangku kepentingan dan menunjukkan kualitas kepemimpinan merupakan, di antaranya, keterampilan penting bagi pekerja di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, teknik dan matematika. Memahami pentingnya keterampilan nonteknis untuk bisnis, ILO bekerja sama dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN) mengujicoba serangkaian pelatihan keterampilan nonteknis untuk pegawai PT TMMIN.

Serangkaian pelatihan keterampilan nonteknis ini, “Pelatihan Keterampilan Nonteknis untuk Tantangan Masa Depan TMMIN”, terdiri dari tiga pelatihan keterampilan nonteknis dengan mengangkat dua modul berbeda untuk setiap pelatihan. Setiap pelatihan diikuti oleh para peserta yang berbeda dari departemen yang berbeda dengan jumlah keseluruhan 44 pegawai PT TMMIN yang mengikuti pelatihan.

Pelatihan ini sesuai dengan kebutuhan PT TMMIN dan juga sejalan dengan visi masa depan perusahaan. Sebagai perusahaan, PT TMMIN terfokus pada peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan."

I Made Surya, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia PT TMMIN
Pelatihan pertama diadakan pada 26 September, berfokus pada komunikasi interpersonal dan mencapai konsensus. Pelatihan kedua diadakan pada 2 Oktober, berfokus pada pemikiran kreatif dan pemikiran kritis & penalaran; sedangkan pelatihan terakhir pada 4 Oktober mengenai manajemen waktu dan pengelolaan ke atas.

I Made Surya, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia PT TMMIN, menekankan pentingnya pengembangan keterampilan nonteknis untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas PT TMMIN di masa depan. “Pelatihan ini sesuai dengan kebutuhan PT TMMIN dan juga sejalan dengan visi masa depan perusahaan. Sebagai perusahaan, PT TMMIN terfokus pada peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan,” katanya.

Dia juga menegaskan peningkatan kecepatan dan kolaborasi sebagai prioritas masa depan PT TMMIN. “Karenanya, sejalan dengan prioritas ini, kami telah memilih keterampilan nonteknis yang sesuai dengan kebutuhan masa depan kami, seperti komunikasi interpersonal dan mencapai konsensus serta manajemen waktu,” tambah I Made.

Program keterampilan nonteknis ILO disebut Pelatihan Nonteknis Dalam Bisnis (In Business Soft Skill Training). Program ini bertujuan untuk mendukung pengembangan, pertumbuhan dan peningkatan perusahaan serta individu melalui jaringan pembelajaran sebaya. Dirancang oleh Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik di Bangkok, program In Business ini terdiri dari 14 modul keterampilan nonteknis.

Hirania Wiryasti, Koordinator Proyek Program Kesiapan & Pengembangan Ketenagakerjaan ILO, mengatakan bahwa berbeda dari program pelatihan lainnya, setiap modul dalam program Dalam Bisnis menetapkan teknik dan lembar kerja untuk memandu peserta melalui empat langkah praktis — mulai dari mempelajari kasus bisnis dan diakhiri dengan pembuatan rencana kegiatan.

Dalam program ini, para peserta melalui langkah-langkah di atas dengan bekerja dalam kelompok kecil, dipandu seorang fasilitator yang dipilih di antara mereka sendiri. Dengan menggunakan pendekatan partisipatif, program ini juga memungkinkan para peserta untuk berbagi dan belajar dari satu sama lain dengan merefleksikan praktik-praktik yang ada, pengetahuan serta pengalaman mereka sendiri.

Saya sangat menghargai teknik pelatihan baru ini di mana para peserta dimungkinkan untuk berbicara, berbagi dan mendiskusikan pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri. Ini meningkatkan rasa kepemilikan dan para peserta merasa dilibatkan dan didengar."

Dwi Sukma Saputra dari Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) PT TMMIN
“Program ini unik karena pembelajarannya tanpa pelatih. Dengan dipandu seorang fasilitator yang dipilih dari para peserta sendiri dan dengan menggunakan langkah-langkah praktis dan partisipatif yang mudah diikuti, program In Business ini merupakan metode pelatihan berbiaya rendah. Perusahaan dapat melakukan sendiri pelatihan keterampilan nonteknis ini tanpa perlu mempekerjakan pelatih atau fasilitator profesional,” ujar Hirania.

Semua peserta mengakui bahwa mereka belum pernah berpartisipasi dalam pembelajaran tanpa pelatih. Mereka mengapresiasi adanya kelompok kerja yang memungkinkan mereka untuk berbagi dan menemukan solusi dari studi kasus yang disajikan dalam modul. Mereka juga menikmati permainan peran dan mendapat manfaat dari pembelajaran individu serta rencana kegiatan yang dibuat setiap peserta berdasarkan interaksi mereka dengan kelompok mereka.

“Saya sangat menghargai teknik pelatihan baru ini di mana para peserta dimungkinkan untuk berbicara, berbagi dan mendiskusikan pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri. Ini meningkatkan rasa kepemilikan dan para peserta merasa dilibatkan dan didengar,” kata Dwi Sukma Saputra dari Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) PT TMMIN.

Penghargaan serupa diberikan oleh Kem Trimaya Vanani yang juga berasal dari Departemen SDM. “Teknik pelatihan ini telah mendorong kami untuk berpikir tentang praktik kerja harian kami dan bagaimana kami dapat menemukan solusi dan menemukan perbaikan,” tukasnya.

Teknik pelatihan ini mendorong kami untuk berpikir tentang praktik kerja harian dan bagaimana dapat menemukan solusi dan menemukan perbaikan."

Kem Trimaya Vanani dari Departemen SDM PT TMMIN
Dalam rencana pelaksanan pelatihan In Business selanjutnya akan memasukkan lebih banyak materi audio-visual dan ilustrasi untuk membuat materi pelatihan menjadi lebih menarik dan meningkatkan frekuensi keterlibatan di antara kelompok demi memperkuat upaya berbagi pengetahuan antara divisi dan fungsi organisasi yang berbeda.


Program Kesiapan & Pengembangan Ketenagakerjaan ILO
bertujuan untuk memberdayakan, menghubungkan dan mendukung pengembangan karier perempuan. Didanai oleh J.P Morgan Chase Foundation, program ini difokuskan pada empat strategi program: identifikasi kesenjangan keterampilan, peningkatan keterampilan, penempatan kerja dan pengembangan serta pendampingan dalam perusahaan. Program regional ini meliputi tiga negara: Indonesia, Filipina, dan Thailand.