Kampanye K3

Mengintegrasikan K3 ke dalam usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sering dikelola dengan buruk di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), menyebabkan risiko kecelakaan dan kesehatan kerja lebih besar. Sebagai bagian dari kampanye K3 2018, ILO mengadakan klinik usaha mini untuk membantu UKM Indonesia membangun bisnis yang produktif, aman dan sehat.

News | Jakarta, Indonesia | 31 August 2018
Seratusan pemilik usaha mikro, kecil dan menengah berpartisipasi dalam Klinik Bisnis K3 ILO
Lebih dari 120 pemilik usaha mikro, kecil dan menengah dengan antusias berpartisipasi dalam klinik bisnis mini ILO yang diadakan di Jakarta pada 28 Agustus. Klinik bisnis adalah bagian dari kampanye K3 2018 ILO dan sebagai bagian dari upaya ILO untuk meningkatkan dan mengintegrasikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan mikro dan kecil Indonesia.

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah bagian penting dari kegiatan suatu negara, termasuk Indonesia. Namun, karena defisit sumber daya manusia dan keuangan, UMKM cenderung memiliki tingkat kecelakaan dan penyakit terkait pekerjaan yang lebih tinggi.

K3 adalah bagian penting dari produktivitas bisnis dan daya saing karena K3 memberikan manfaat yang baik bagi bisnis, terkait dengan peningkatan kinerja dan profitabilitas."

Januar Rustandie, Manajer Proyek ILO-SCORE
“Memaksimalkan produktivitas dan daya saing UMKM adalah salah satu program ILO di Indonesia, yang dilakukan melalui Proyek Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE). K3 adalah bagian penting dari produktivitas bisnis dan daya saing karena K3 memberikan manfaat yang baik bagi bisnis, terkait dengan peningkatan kinerja dan profitabilitas,” ujar Januar Rustandie, Manajer Proyek ILO-SCORE dalam sambutan pembukaannya.

Jeff Kristianto, pelatih ILO-SCORE bersertifikasi global dan direktur eksekutif BEDO
Paket pelatihan SCORE memiliki lima modul dengan modul K3 sebagai modul kelima. Empat modul lainnya mencakup kerja sama di tempat kerja, manajemen kualitas, produktivitas melalui produksi bersih dan produktivitas pekerja.

Kecelakaan atau penyakit akibat kerja sangat mahal dan dapat memiliki banyak efek langsung dan tidak langsung yang serius terhadap kehidupan pekerja dan keluarga mereka. Untuk usaha kecil, bahkan biaya untuk satu kecelakaan saja bisa menjadi bencana keuangan."

Jeff Kristianto, pelatih bersertifikasi ILO-SCORE global dan direktur eksekutif BEDO
Klinik bisnis ini menghadirkan dua pelatih bisnis profesional: Jeff Kristianto, pelatih bersertifikasi ILO-SCORE global dan Direktur Eksekutif BEDO, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mendukung UKM dan Budi Utoyo, pendiri Smart Entrepreneur Coaching. Dua pelatih profesional ini memberikan wawasan dan saran serta berbagi praktik terbaik dan panduan praktis mengenai produktivitas dan isu-isu terkait K3.

Pelatih Jeff mengingatkan UMKM yang menjadi peserta tentang pentingnya K3 karena sebagian besar UMKM masih tidak menganggap K3 sebagai prioritas dan menganggap penerapan K3 sebagai biaya. Dia juga mempresentasikan lima masalah keselamatan utama yang harus diperhitungkan oleh UMKM: Kesejahteraan dan kondisi usaha, keselamatan terhadap kebakaran, keselamatan listrik, pelindung mesin dan bahaya kimia.

UMKM masih kurang memiliki sistem dan rencana aksi bisnis. Dengan memiliki rencana aksi dan sistem, termasuk untuk K3, UMKM dapat dengan mudah menilai kondisi bisnis, hal-hal yang harus diperbaiki dan cara-cara meluaskan usaha."

Budi Utoyo, pendiri Smart Entrepreneur Coaching
Dia juga memperlihatkan biaya yang harus ditanggung UMKM sebagai akibat dari kecelakaan kerja atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. “Kecelakaan atau penyakit akibat kerja sangat mahal dan dapat memiliki banyak efek langsung dan tidak langsung yang serius terhadap kehidupan pekerja dan keluarga mereka. Untuk usaha kecil, bahkan biaya untuk satu kecelakaan saja bisa menjadi bencana keuangan,” katanya.

Sementara itu, Pelatih Budi memberikan wawasan tentang bagaimana mengelola dan meningkatkan bisnis dan manajemen K3. Dia menekankan pentingnya mengembangkan rencana aksi bisnis serta membangun sistem bisnis. “UMKM masih kurang memiliki sistem dan rencana aksi bisnis. Dengan memiliki rencana aksi dan sistem, termasuk untuk K3, UMKM dapat dengan mudah menilai kondisi bisnis, hal-hal yang harus diperbaiki dan cara-cara meluaskan usaha,” jelasnya.

Ini membuka mata saya karena pencegahan dan tindakan K3 harus melibatkan dan dikembangkan oleh pengusaha dan pekerja."

Faisal Hani, seorang pemilik usaha makanan
Faisal Hani, seorang pemilik usaha makanan, mengatakan bahwa para pekerjanya masih enggan menggunakan peralatan keselamatan. “Ini membuka mata saya karena pencegahan dan tindakan K3 harus melibatkan dan dikembangkan oleh pengusaha dan pekerja. Saya akan fokus untuk meningkatkan rasa kepemilikan terhadap isu-isu terkait K3 dan bagaimana ini akan bermanfaat tidak hanya bagi pengusaha tetapi juga pekerja,” kisahnya.

Budi Utoyo, Pendiri Smart Entrepreneur Coaching
Sebagai pemilik warnet, Erni Yurlalita memiliki kesadaran baru tentang keselamatan listrik. “Dari gambar dan video yang ditampilkan selama acara, saya menyadari pentingnya api dan keselamatan listrik. Saya belajar hanya dibutuhkan sekitar 40 detik bagi api untuk mengubah semuanya menjadi abu. Saya juga belajar tentang cara yang lebih aman dalam menempatkan kabel listrik, steker dan perangkat listrik lainnya,” tambahnya.

Dari gambar dan video yang ditampilkan selama acara, saya menyadari pentingnya api dan keselamatan listrik. Saya belajar hanya dibutuhkan sekitar 40 detik bagi api untuk mengubah semuanya menjadi abu. Saya juga belajar tentang cara yang lebih aman dalam menempatkan kabel listrik, steker dan perangkat listrik lainnya."

Erni Yurlalita, pemilik warnet
Selama acara, praktik penerapan terbaik dalam K3 dari proyek ILO-SCORE juga dibagikan. Setelah bergabung dengan program ini, perusahaan-perusahaan yang berpartisipasi dalam SCORE telah menunjukkan peningkatan, antara lain, berkurangnya jumlah kecelakaan kerja, kendali mutu yang lebih baik, keamanan energi, berkurangnya jumlah ketidakhadiran, peningkatan kualitas produk dan lain sebagainya.

SCORE dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM). Diluncurkan di Indonesia pada 2010. Program ini awalnya diinisiasi oleh ILO dan saat ini telah menjadi program tripartit yang dilaksanakan bersama oleh pemerintah, organisasi pekerja dan organisasi pengusaha.