Kampanye K3
Mengintegrasikan K3 ke dalam usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sering dikelola dengan buruk di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), menyebabkan risiko kecelakaan dan kesehatan kerja lebih besar. Sebagai bagian dari kampanye K3 2018, ILO mengadakan klinik usaha mini untuk membantu UKM Indonesia membangun bisnis yang produktif, aman dan sehat.
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah bagian penting dari kegiatan suatu negara, termasuk Indonesia. Namun, karena defisit sumber daya manusia dan keuangan, UMKM cenderung memiliki tingkat kecelakaan dan penyakit terkait pekerjaan yang lebih tinggi.
K3 adalah bagian penting dari produktivitas bisnis dan daya saing karena K3 memberikan manfaat yang baik bagi bisnis, terkait dengan peningkatan kinerja dan profitabilitas."
Januar Rustandie, Manajer Proyek ILO-SCORE
Paket pelatihan SCORE memiliki lima modul dengan modul K3 sebagai modul kelima. Empat modul lainnya mencakup kerja sama di tempat kerja, manajemen kualitas, produktivitas melalui produksi bersih dan produktivitas pekerja.
Kecelakaan atau penyakit akibat kerja sangat mahal dan dapat memiliki banyak efek langsung dan tidak langsung yang serius terhadap kehidupan pekerja dan keluarga mereka. Untuk usaha kecil, bahkan biaya untuk satu kecelakaan saja bisa menjadi bencana keuangan."
Jeff Kristianto, pelatih bersertifikasi ILO-SCORE global dan direktur eksekutif BEDO
Pelatih Jeff mengingatkan UMKM yang menjadi peserta tentang pentingnya K3 karena sebagian besar UMKM masih tidak menganggap K3 sebagai prioritas dan menganggap penerapan K3 sebagai biaya. Dia juga mempresentasikan lima masalah keselamatan utama yang harus diperhitungkan oleh UMKM: Kesejahteraan dan kondisi usaha, keselamatan terhadap kebakaran, keselamatan listrik, pelindung mesin dan bahaya kimia.
UMKM masih kurang memiliki sistem dan rencana aksi bisnis. Dengan memiliki rencana aksi dan sistem, termasuk untuk K3, UMKM dapat dengan mudah menilai kondisi bisnis, hal-hal yang harus diperbaiki dan cara-cara meluaskan usaha."
Budi Utoyo, pendiri Smart Entrepreneur Coaching
Sementara itu, Pelatih Budi memberikan wawasan tentang bagaimana mengelola dan meningkatkan bisnis dan manajemen K3. Dia menekankan pentingnya mengembangkan rencana aksi bisnis serta membangun sistem bisnis. “UMKM masih kurang memiliki sistem dan rencana aksi bisnis. Dengan memiliki rencana aksi dan sistem, termasuk untuk K3, UMKM dapat dengan mudah menilai kondisi bisnis, hal-hal yang harus diperbaiki dan cara-cara meluaskan usaha,” jelasnya.
Ini membuka mata saya karena pencegahan dan tindakan K3 harus melibatkan dan dikembangkan oleh pengusaha dan pekerja."
Faisal Hani, seorang pemilik usaha makanan
Sebagai pemilik warnet, Erni Yurlalita memiliki kesadaran baru tentang keselamatan listrik. “Dari gambar dan video yang ditampilkan selama acara, saya menyadari pentingnya api dan keselamatan listrik. Saya belajar hanya dibutuhkan sekitar 40 detik bagi api untuk mengubah semuanya menjadi abu. Saya juga belajar tentang cara yang lebih aman dalam menempatkan kabel listrik, steker dan perangkat listrik lainnya,” tambahnya.
Dari gambar dan video yang ditampilkan selama acara, saya menyadari pentingnya api dan keselamatan listrik. Saya belajar hanya dibutuhkan sekitar 40 detik bagi api untuk mengubah semuanya menjadi abu. Saya juga belajar tentang cara yang lebih aman dalam menempatkan kabel listrik, steker dan perangkat listrik lainnya."
Erni Yurlalita, pemilik warnet
SCORE dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM). Diluncurkan di Indonesia pada 2010. Program ini awalnya diinisiasi oleh ILO dan saat ini telah menjadi program tripartit yang dilaksanakan bersama oleh pemerintah, organisasi pekerja dan organisasi pengusaha.