Presiden Indonesia Serukan Koalisi Global untuk Ketenagakerjaan Muda

Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, menyerukan koalisi global untuk menanggulangi masalah ketenagakerjaan muda saat berpidato pada sesi khusus di Konferesi Perburuhan Internasional (ILC) ke-100 di Jenewa. Presiden menyerukan agar para delegasi saling bekerja sama untuk mencegah peningkatan pengangguran di kalangan kaum muda, seraya menegaskan bahwa hal ini akan mempengaruhi upaya penciptaan era baru dalam berkeadilan sosial.

Press release | 14 June 2011

JENEWA (Berita ILO): Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, menyerukan koalisi global untuk menanggulangi masalah ketenagakerjaan muda saat berpidato pada sesi khusus di Konferesi Perburuhan Internasional (ILC) ke-100 di Jenewa. Presiden menyerukan agar para delegasi saling bekerja sama untuk mencegah peningkatan pengangguran di kalangan kaum muda, seraya menegaskan bahwa hal ini akan mempengaruhi upaya penciptaan era baru dalam berkeadilan sosial.

Secara global, sekitar 81 juta dari 620 juta orang berusia 15 hingga 24 tahun yang seharusnya aktif secara ekonomi menganggur pada 2009, kata Presiden, yang merupakan angka tertinggi yang tercatat selama 18 tahun. “Dengan hampir setengah dari populasi dunia di bawah usia 25 tahun, kaum muda dapat memberikan sumbangan penting bagi kesejahteraan global...Kita harus lebih banyak melakukan investasi dalam bidang-bidang yang melahirkan lapangan kerja bagi kaum muda,” ia menambahkan, seraya menyimpulkan “mari kita saling bahu-membahu mewujudkannya sebagai era keadilan sosial yang baru”.

Presiden Yudhoyono pun menyatakan di hadapan seluruh delegasi bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak terkena dampak krisis ekonomi global. Hal utama dari keberhasilan respons yang dilakukan adalah keputusan untuk melakukan sinkronisasi kebijakan dan tindakan antara pemerintah pusat dan lokal, sektor swasta, serikat pekerja dan lainnya. “Hikmahnya adalah pemerintah, dunia usaha dan pekerja saling bekerja sama untuk meminimalisir pengangguran,” kata dia. Ia pun memuji kinerja Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ILO) dalam membantu mendorong konsensus yang membangun ini.

Presiden merancang sejumlah perangkat untuk mengatasi dampak dari krisis dan meningkatkan ketenagakerjaan global, dengan berpusat pada kebijakan-kebijakan yang pro pertumbuhan, pro lapangan kerja, pro kemiskinan dan pro lingkungan. Hal ini termasuk dukungan terhadap usaha dan kewirausahaan – khususnya di antara kaum muda, promosi perlindungan sosial dan manfaatnya seperti pendidikan dan perumahan, peluang bagi pekerja untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan serta kerja sama internasional yang lebih baik guna memastikan manfaat-manfaat globalisasi yang dapat dinikmati secara bersama. Ia pun menyerukan agar negara-negara menerapkan konvensi-konvensi ILO yang telah mereka ratifikasi, seraya menegaskan bahwa pelaksanaan ke-delapan konvensi pokok merupakan persyaratan agar para pekerja dapat menikmati keadilan sosial.

Presiden Yudhoyono menggarisbawahi adanya kebutuhan akan pengakuan khusus bagi kontribusi yang diberikan jutaan pekerja migran di seluruh belahan dunia, serta kebutuhan dan hak-hak mereka. Secara spesifik, ia menyerukan agar para delegasi konferensi mendukung rancangan konvensi baru mengenai Pekerjaan yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga yang akan memasuki masa penentuan dalam minggu ini.

Kunjungan Presiden Yudhoyono ke ILC menandai kunjungan pertama yang dilakukan seorang Presiden Indonesia. Menyambut kedatangan Presiden, Direktur General ILO, Juan Somavia, menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara pertama di Asia yang meratifikasi ke-delapan konvensi pokok ILO yang mengatur standar-standar pokok ketenagakerjaan, dan merupakan negara pertama yang meluncurkan Pakta Lapangan Kerja Indonesia. “Anda merupakan garda depan dari respons terhadap krisis global ini...untuk menyikapi permintaan-permintaan kongkrit dari masyarakat dan kebutuhan akan ekonomi riil. Sejalan dengan bergaungnya seruan akan demokrasi dan kebebasan, lapangan kerja dan keadilan sosial di seluruh dunia saat ini, aspirasi Anda dan tindakan Anda...selalu hadir dalam pemikiran kami semua,” ujar Somavia.

ILC merupakan pertemuan tahunan ILO, yang dihadiri lebih dari 4.400 delegasi yang mewakili Pemerintah, Pekerja dan Pengusaha dari 183 negara anggota ILO. Konferensi yang dilaksanakan dari 1-17 Juni ini diselenggarakan di Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Palais des Nations, Jenewa, Swiss.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

Sophy Fisher

Staf Informasi ILO untuk Asia dan Pasifik

Tel.: +41 [0] 79 558 63 52

Email

Gita Lingga,

Humas, Kantor ILO untuk Indonesia

Tel.: +6221 391 3112 ext. 115

Email