Dampak kami, suara mereka

Program dana santunan ILO memberikan bantuan bagi pekerja yang diberhentikan

ILO melalui program ini telah mendistribusikan total dana santunan sebesar USD1,7 juta kepada 20.000 pekerja garmen yang kehilangan pekerjaan.

Feature | Semarang, Jawa Tengah, Indonesia | 08 February 2022
Pekerja garmen Indonesia yang mayoritas adalah perempuan
Sri Sayekti, 55, harus menelan pil pahit pada 20 September tahun lalu. Pada hari itu, pabrik tempat dia bekerja selama 27 tahun memberhentikan dia setelah sempat dirumahkan selama enam bulan sebelum pengumuman PHK tersebut.

Ia hanya menerima pesangon sebesar Rp 6,5 juta “karena virus corona”, yang jauh lebih rendah dari jumlah yang seharusnya ia terima setelah bekerja selama hampir tiga dasawarsa di pabrik garmen yang berlokasi di Ungaran, Jawa Tengah tersebut. “Kami telah mencoba untuk melakukan protes tetapi gagal. Awalnya, kami menolak, tapi apa yang bisa kami lakukan?” ungkap Sri.

Pembatasan mobilitas yang diberlakukan di dalam dan luar negeri telah memukul industri garmen dengan keras, mengingat industri ini sangat bergantung pada bahan baku impor dan pasar ekspor."

Maria Vasquez, Kepala Penasihat Teknis BWI
Namun, dia bersyukur dengan adanya program dana santunan dari Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Federal Jerman (ILO-BMZ) ini. Program ini telah memberikan bantuan tunai langsung sebesar Rp 1,2 juta untuk para pekerja garmen yang telah kehilangan pekerjaan antara Maret 2020 dan Mei 2021.

Sama seperti Sri, mantan pekerja pabrik Ratna Widiastuti juga menyatakan rasa syukur atas dana tersebut. Dia dapat menggunakannya untuk membayar perawatan COVID-19 dan makanan sehat karena virus ini telah menginfeksi Ratna dan keluarganya.

Sri dan Ratna termasuk di antara 20.000 pekerja yang harus kehilangan pekerjaan akibat pandemi yang mendapatkan manfaat dari program santunan ini. Program ILO-BMZ, bekerja sama dengan Better Work Indonesia (BWI) —program kemitraan antara ILO dan International Finance Corporation (IFC)—telah menyalurkan total dana santunan sebesar USD1,7 juta.

Urgent measures to support people and firms are needed."

Sri Sayekti, 55 tahun yang mengalami PHK setelah bekerja selama 27 tahun
Sri menggunakan uang tersebut untuk menata kembali penghidupannya dengan mengikuti kursus menjahit sejak Oktober lalu. Dia saat ini telah menerima pesanan untuk jahitan kemeja dan rok. Dia juga berencana untuk meningkatkan keterampilannya dengan belajar menjahit celana dan kebaya.

“Saya senang dan bersyukur. Alhamdullilah saya telah menerima bantuan ini,” ujarnya, sembari berharap keterampilannya ini akan dapat membantunya memulai usaha menjahit di rumah sehingga dapat membiayai pendidikan anak-anaknya.

Sementara itu, Ratna yang terpaksa harus mengundurkan diri dari pekerjaannya pada November lalu karena masalah kesehatan, kini membantu suaminya menjalankan kios yang menjual kebutuhan pokok. “Ketika kami menerima dana tersebut, kami semua sedang sakit dan kami sangat terbantu. Jadi kami tidak harus menggunakan uang dari kios,” kenangnya.

Program BWI mencatat 22.840 pekerja di industri garmen telah kehilangan pekerjaan sejak awal pandemi di industri garmen. Maria Vasquez, Kepala Penasihat Teknis BWI, mengutip survei BWI antara Maret dan Mei 2020 yang menunjukkan bahwa sekitar 70 persen dari 216 pabrik anggota BWI tutup kurang dari satu bulan. Survei tersebut juga menemukan bahwa 28 persen dari mereka menyaksikan berkurangnya pesanan atau pesanan yang masih tertahan, sementara yang lain melaporkan adanya pembatalan pesanan atau kurangnya bahan baku yang dibutuhkan untuk dapat berproduksi.

“Pembatasan mobilitas yang diberlakukan di dalam dan luar negeri telah memukul industri garmen dengan keras, mengingat industri ini sangat bergantung pada bahan baku impor dan pasar ekspor,” kata Maria.

Dedi Syaifullah, seorang manajer sumber daya manusia di sebuah pabrik di Jawa Tengah, menyaksikan langsung dampak yang terjadi. Dia mengatakan jumlah pesanan terjun bebas 50 hingga 60 persen antara Mei dan Juni 2020 dibandingkan tahun sebelumnya.

Program dana santunan ini sangat membantu, terutama bagi 100 orang tersebut. Program ini telah membantu para pekerja tersebut untuk bertahan dari pandemi setelah setahun mengalami PHK."

Dedi Syaifullah, seorang manajer sumber daya manusia di sebuah pabrik di Jawa Tengah
Kondisi ini memaksa perusahaan menghentikan kontrak sekitar 350 pekerja mereka yang telah bekerja kurang dari setahun dan yang kontraknya berakhir selama periode tersebut. PHK tersebut telah mengurangi kapasitas pabrik hingga 40 persen.

Kendati setahun kemudian perusahaan berhasil menggandakan kapasitasnya menjadi 80 persen dengan menerima semua pesanan terlepas dari keuntungan yang diperoleh, pabrik tetap belum mampu menyerap kembali 100 mantan pekerja. “Program dana santunan ini sangat membantu, terutama bagi 100 orang tersebut. Program ini telah membantu para pekerja tersebut untuk bertahan dari pandemi setelah setahun mengalami PHK,” tegas Dedi.

Better Work Indonesia (BWI)
Better Work Indonesia merupakan kemitraan antara Organisasi Perburuhan nternasional (ILO) dan International Finance Corporation (IFC). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap standar ketenagakerjaan dan mempromosikan daya saing dalam rantai pasok global.

Proyek ILO-BMZ
Dukungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Pendapatan ILO dalam menanggapi Proyek Pandemi COVID-19, yang didanai Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), bertujuan untuk memperkuat langkah-langkah K3 dalam memfasilitasi upaya kembali bekerja dengan kondisi keselamatan dan kesehatan yang dapat diterima pasca pembatasan COVID 19, khususnya di sektor garmen.