Our impact, their voices

Mengembalikan denyut pariwisata lokal Indonesia dengan ekowisata komunitas

Pelatihan ekowisata yang diadakan ILO sebagai bagian dari program bersama PBB membantu pariwisata lokal di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk bangkit di tengah pandemi COVID-19.

Feature | Nusa Tenggara Timur dan Barat, Indonesia | 11 January 2022
Sektor pariwisata menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, pandemi COVID-19 telah menghadirkan tantangan yang tidak terduga. Banyak masyarakat rentan yang bergantung pada pariwisata sebagai sumber penghasilan terkena dampak dari ketidakpastian akibat pandemi, termasuk Resi Budiana dari Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Muhammad Buharto dari Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pendaki perempuan dari Rinjani Women Adventure dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (c) Denda Sukatni Wati
Resi dan Muhammad sama-sama menggantungkan diri pada pariwisata sebagai sumber mata pencarian dan penghidupan. Resi, 32 tahun, mengelola usaha pendakian gunung sejak 2017. Ia merupakan salah satu dari 53 perempuan anggioa Rinjani Women Adventure (RWA) yang telah berdiri sejak 1995. Sementara Muhammad bekerja sebagai pemandu wisata selama tiga tahun di Labuan Bajo, pintu gerbang menuju Taman Nasional Komodo—salah satu tujuan wisata utama Indonesia.

Keduanya mengalami kesulitan akibat berkurangnya kedatangan wisatawan domestik dan internasional, penurunan pendapatan dan melemahnya bisnis. Resi, yang telah menjadikan penghasilan dari usaha pariwisata ini untuk membiayai keluarganya harus menghadapi banyak kesulitan dalam mengelola penghasilannya yang menurun.

Pandemi memberi saya waktu untuk meningkatkan keterampilan dan mengumpulkan ide-ide inovatif."

Resi Budiana, Pemilik usaha pendakian di Kabupaten Lombok Utara
“Sebelum pandemi, menjadi pemandu wisata merupakan pekerjaan yang menjanjikan. Saya bisa mendapat hingga Rp 500.000 per hari, di luar tip,” ujar Muhammad. Ia menambahkan telah mencoba meluncurkan dan menjual paket wisata virtual selama pandemi namun tidak terlalu berhasil.

Saat mengetahui tentang Pelatihan Pengembangan Pariwisata yang diadakan di desa mereka Agustus lalu, mereka langsung menangkap peluang tersebut. Pelatihan tersebut merupakan bagian dari program Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian bekerja sama dengan Yayasan Ekowisata Indonesia (Indecon). Diselenggarakan oleh ILO dan tiga badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia, program bersama ini didanai oleh UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN MPTF) dan menargetkan kelompok muda dan rentan.

Desa Senaru (c) Denda Sukatni Wati
Selama lima hari, mereka belajar bagaimana meningkatkan kualitas produk pariwisata dan lebih beradaptasi dengan perubahan situasi pasar akibat pandemi. Resi belajar membuat berbagai macam produk wisata, termasuk membuat paket wisata virtual. “Saya belajar bagaimana mengembangkan produk ekowisata,” kata Resi.

Pelatihan ini membantu meningkatkan kepercayaan diri saya dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pendampingan pariwisata lintas daerah."

Muhammad Buharto, pemandu wisata
Usai pelatihan, Resi dan rekan-rekannya di RWA bekerja sama dengan masyarakat adat untuk menyempurnakan paket wisata desa dengan memperkenalkan kehidupan sehari-hari masyarakat adat Sasak yang tinggal di kampung halamannya, Desa Senaru yang dikenal sebagai salah satu pintu masuk Gunung Rinjani. Ia dan rekan-rekannya juga berupaya meningkatkan penerapan protokol kesehatan, sanitasi dan pengelolaan sampah.

Sementara itu, Muhammad belajar bagaimana mengembangkan produk pariwisata, mengelola atraksi wisata dan rantai pemasaran. “Pelatihan ini membantu meningkatkan kepercayaan diri saya dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pendampingan pariwisata lintas daerah,” katanya.

Muhammad Buharto
Sebagai salah satu dari lima kandidat terpilih, Muhammad juga dilatih menjadi fasilitator yang ditugaskan untuk melakukan pelatihan serupa untuk mendukung pariwisata lokal di berbagai lokasi di NTB dan NTT. “Saya memang bercita-cita terlibat dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata. Saya sangat senang diberi kesempatan menjadi fasilitator pelatihan di tingkat lokal,” ujar dia.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang terkena dampak pandemi COVID-19. Kami berharap pelatihan ekowisata ini dapat membantu para pelaku industri pariwisata untuk pulih dan mengembangkan paket dan program pariwisata yang lebih baik, menarik dan ramah lingkungan."

Navitri Putri Guillaume, staf ILO untuk proyek Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian
“Pariwisata merupakan salah satu sektor yang terkena dampak pandemi COVID-19. Kami berharap pelatihan ekowisata ini dapat membantu para pelaku industri pariwisata untuk pulih dan mengembangkan paket dan program pariwisata yang lebih baik, menarik dan ramah lingkungan,” ungkap Navitri Putri Guillaume, staf ILO untuk proyek Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian.

Baik Resi maupun Muhammad tetap optimistis sektor pariwisata akan membaik dalam waktu dekat. “Pandemi memberi saya waktu untuk meningkatkan keterampilan dan mengumpulkan ide-ide inovatif,” kata Resi, sementara Muhammad menambahkan, “Pengetahuan adalah aset berharga untuk membantu saya mewujudkan rencana membantu pariwisata lokal tumbuh, termasuk mengembangkan desa wisata di kampung halaman saya di Manggarai Barat.”