Dampak kami, suara mereka

Peningkatan keterampilan bertani membantu petani di Papua Barat perkuat ekonomi dan ketahanan pangan

Petani lokal di Desa Teluk Mubri, Manokwari Utara, Papua Barat kini dapat meningkatkan produktivitas dan penghasilan meski diterpa pandemi. Pengenalan metode bertani yang baik dan berkelanjutan melalui pelatihan keterampilan ILO, yang merupakan bagian dari program bersama PBB, telah membantu meningkatkan kapasitas mereka.

Feature | Manokwari Utara, Papua Barat | 06 December 2021
Suyono
Pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan Suyono, 45 tahun. Penurunan penghasilan sebagai tukang bangunan dan kontraktor yang drastis mendorong dirinya untuk memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya di Desa Teluk Mubri, Kecamatan Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Di kebun seluas 2.300 meter persegi miliknya, Suyono menanam beragam sayuran seperti kangkung, bayam, jagung dan sawi. Bersama isterinya, ia menjual hasil panennya di Pasar Sanggeng di Kabupaten Manokwari. Penghasilan dari bertani, meski tidak sebesar yang ia harapkan akibat pandemi, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dengan hasil taninya.

Bertani adalah pilihan yang tepat buat saya karena merupakan usaha sendiri. Hasilnya dapat diprediksi dan membuat saya bisa hidup lebih sehat. Sayuran dan umbi-umbian yang tersedia di kebun memberi manfaat besar dan sangat membantu saat pendapatan menurun."

Suyono
“Bertani adalah pilihan yang tepat buat saya karena merupakan usaha sendiri. Hasilnya dapat diprediksi dan membuat saya bisa hidup lebih sehat. Sayuran dan umbi-umbian yang tersedia di kebun memberi manfaat besar dan sangat membantu saat pendapatan menurun,” ujar bapak tiga anak ini.

Profesi baru dan semangatnya sebagai petani membuat Suyono merasa tertarik mengikuti pelatihan bertani yang dilaksanakan Mnukwar Papua dan Balai Penyuluhan Pertanian Manokwari Utara pada Juni-Juli 2021 untuk meningkatkan keterampilannya. Ia berharap pelatihan ini dapat membantu petani di desanya menghadapi kesulitan keuangan selama pandemi.

“Kami petani harus dibekali dengan kemampuan pengelolaan lahan dengan teknologi pertanian yang tepat, penanaman berbagai macam sayuran, dan perawatan tanaman yang baik dan benar sehingga pendapatan kami dapat meningkat nantinya serta dapat memenuhi kebutuhan pasar,” ujar dia.

Pelatihan ini merupakan bagian dari program Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian yang diselenggarakan empat badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Indonesia, termasuk ILO. Program ini mendapat dukungan pendanaan dari UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN MPTF).

“Pertanian masih merupakan salah satu sektor prioritas dalam perekonomian Indonesia. Membantu meningkatkan keterampilan petani adalah cara untuk mendorong ekonomi kembali pulih setelah pandemi COVID-19 ini sekaligus melatih mereka agar dapat lebih tangguh, mandiri, dan terus berkembang,” ujar Navitri Putri Guillaume, staf proyek Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian, mengenai pentingnya pelatihan tersebut untuk mendukung sektor pertanian, terutama di Indonesia bagian timur.

Membantu meningkatkan keterampilan petani adalah cara untuk mendorong ekonomi kembali pulih setelah pandemi COVID-19 ini sekaligus melatih mereka agar dapat lebih tangguh, mandiri, dan terus berkembang."

Navitri Putri Guillaume, staf proyek Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian
Menurut Suyono, pelatihan ini membantu dia dan warga di desanya untuk mengenal metode bertani yang lebih baik. Selain itu, pelatihan tersebut juga membuka mata penduduk bahwa mereka dapat meraih hasil maksimal dari pekarangan dan berkebun tidak perlu selalu dilakukan dengan membuka lahan di gunung.

Selama pelatihan, para peserta diperkenalkan dengan alat dan mesin pertanian (alsintan) agar dapat mengolah lahan mereka dengan lebih efektif dan produktif. Mereka juga mengenal metode pengelolaan lahan berbasis tumpang sari dan cara membuat pestisida dan pupuk organik.

Meski telah memiliki pengalaman bertani, Suyono mengakui bahwa kemampuannya dalam menggunakan alsintan pertanian semakin terasah melalui pelatihan ini. Pelatihan ini juga membantu dia dan petani lain mengenal cara bertani yang lebih baik.

Dikenal sebagai salah satu tokoh pemimpin di desanya, Suyono tak segan berbagi keahlian yang telah ia dapatkan dari pelatihan bertani tersebut kepada para tetangga dan petani setempat lainnya. Ia selalu mendorong dan membantu mereka untuk mulai bertani. Suyono juga membantu menangani kebun mereka, mulai dari proses pembukaan lahan dengan traktor, pembuatan bedeng, hingga penanaman dan perawatan tanaman.

Hasilnya, sekitar 1 hektare areal komunal di Desa Teluk Mubri kini telah bertransformasi menjadi lahan perkebunan warga yang ditanami beragam komoditas seperti bayam, kangkung, ubi jalar, singkong, dan jagung. Hasil panennya kelak diharapkan dapat membantu meningkatkan penghasilan para petani.

“Sebenarnya para petani di Desa Teluk Mubri memiliki kemauan dan rasa ingin tahu yang tinggi namun masih kekurangan peralatan. Kami masih harus bergantian memakai peralatan yang ada sehingga masih menemui hambatan dalam mendorong produktivitas,” kata Suyono.

Pengetahuan cara membuat pestisida dan pupuk organik yang mudah ditemukan dan ramah lingkungan pun berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan. Para petani dapat menabung dan mengurangi biaya produksi dengan beralih dari pupuk dan pestisida kimia yang harganya cukup mahal ke bahan organik yang lebih terjangkau.