Pendidikan dan pelatihan teknis dan vokasi serta pengembangan keterampilan

Kunjungan belajar perkuat kerja sama pendidikan vokasi antara Indonesia dan Inggris

Meningkatkan pengetahuan kelembagaan dan pembangunan kapasitas, program ILO-Inggris Skills for Prosperity di Indonesia memfasilitasi kunjungan belajar bagi para pimpinan dan dosen politeknik ke mitra akademis di Inggris.

Feature | 19 January 2023
Delegasi Polimarin tiba di Solent University selama dua minggu melakukan kegiatan penguatan kapasitas. ©ILO
Pada Oktober-November 2022, 35 delegasi dari lima politeknik dan universitas di Indonesia yang menjadi mitra dari program Skills for Prosperity Indonesia (SfP-Indonesia) mengunjungi mentor institusional mereka dalam kunjungan peningkatan kapasitas ke Inggris setelah hampir 18 bulan berkolaborasi secara daring.

Delegasi dari masing-masing lima politeknik dan universitas di Indonesia menghabiskan waktu selama dua minggu dengan mitra Inggris mereka masing-masing untuk program peningkatan kapasitas dan pertukaran pengetahuan intensif yang difasilitasi oleh ILO: Politeknik Negeri Batam (Polibatam) ke City of Glasgow College, Politeknik Negeri Maritim ( Polimarin) ke Universitas Solent, Politeknik Negeri Perkapalan Surabaya (PPNS) ke Universitas Strathclyde, dan Politeknik Negeri Manado (Polimanado) dan Universitas Klabat ke Universitas Gloucestershire.

Kiki Yuliati, Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), beserta timnya turut serta dalam kegiatan kunjungan belajar di masing-masing kampus di Inggris. Selain bertemu dengan empat mitra SfP-Indonesia, delegasi Kemendikbudristek juga bertemu dengan perwakilan Foreign Commonwealth and Development Office (FCDO) Inggris, Kedutaan Besar Indonesia di Inggris dan Anggota Parlemen, Richard Graham, dalam rangkaian perjalanan mereka.

Dirjen mengatakan bahwa SfP-Indonesia telah mempererat hubungan antara Indonesia dan Inggris di bidang pendidikan. “Dengan datang ke sini, saya berharap pengajar-pengajar kita bisa melihat dan belajar langsung dari universitas-universitas di Inggris,” ujarnya. “Saya juga berharap orang-orang di kantor kementerian yang terlibat dalam pembuatan kebijakan dapat melakukan pertukaran pengetahuan institusional antara Indonesia dan para mitranya di sini (di Inggris), mendapat hasil pedagogis serta mempelajari sistemnya.”

Alicia Herbert OBE, Direktur Pendidikan, Gender dan Kesetaraan di FCDO, menanggapi secara positif, menyatakan harapannya bahwa kemitraan ini akan memberikan dampak dalam jangka panjang. “Kita harus bangga dengan pencapaian selama ini,” ujarnya. “Saya ingin mendengar lebih banyak dari kementerian tentang kemajuan pengembangan kurikulum dan keterlibatan industri, dan menjajaki kemitraan yang lebih dalam untuk mendukung ambisi Indonesia membangun sumber daya manusia dan mendorong pembangunan ekonomi.”

Khairul Munadi, Atase Pendidikan Indonesia untuk Inggris, menambahkan, pihaknya mengapresiasi dukungan pemerintah Inggris terhadap pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Teknik dan Vokasi di Indonesia. “Kami tentu senang mengetahui bahwa program ini merupakan bagian dari aksi nyata kesepakatan bilateral di bidang pendidikan,” ujarnya. “Kami berharap kunjungan peningkatan kapasitas ini akan membantu memperkuat sistem pendidikan dan pelatihan vokasi kami.”

Clara Peterson, spesialis gender dan inklusi University of Gloucestershire, berbagi pengalaman mengenai bagaimana mengaplikasikan praktik-praktik inklusi. ©ILO
Selama kunjungan belajar, delegasi dari politeknik berpartisipasi dalam serangkaian lokakarya dan kunjungan industri yang dirancang khusus untuk memperkuat kemampuan mereka dalam memberikan pendidikan inklusif, meningkatkan kualitas sistem dan proses dan memperkuat keterlibatan dengan industri untuk mendorong perkembangan siswa mendapatkan pekerjaan terampil. Kegiatan tersebut berkontribusi pada tujuan inti atau pilar program: untuk meningkatkan pemerataan, kualitas dan relevansi pendidikan dan pelatihan teknik dan vokasi tingkat tinggi di Indonesia.

Memperkuat kapasitas GEDSI

Saat mengunjungi mitra akademik masing-masing, para delegasi bertemu dengan spesialis kesetaraan gender, disabilitas dan inklusi sosial (GEDSI) untuk mempelajari bagaimana institusi di Inggris memberikan pendidikan inklusif untuk kelompok yang kurang terwakili dan kurang beruntung.

Clare Peterson, Kepala Kesetaraan, Keanekaragaman dan Inklusi di Universitas Gloucestershire, berbagi pendekatan universitas untuk mengimplementasikan GEDSI dengan delegasi dari Polimanado – menyoroti bagaimana fasilitas kampus dirancang untuk mengakomodasi siswa penyandang disabilitas, dan untuk mencegah kekerasan dan pelecehan di kampus.

Delegasi Polimanado sangat terinspirasi oleh dinding transparan di ruang umum dan ruang kelas siswa untuk mengurangi potensi pelecehan dan kekerasan seksual. “Kami telah menyiapkan ruang bersama untuk mahasiswa, namun fasilitas tersebut tidak memadai dibandingkan jumlah mahasiswa,” kata Mareyke Alelo, Direktur Polimanado. “Pendanaan tahun depan akan mengalokasikan dana lebih untuk menciptakan ruang bersama dan ruang kelas yang transparan.”

Politeknik lain juga terinspirasi untuk membuat komitmen dalam mempromosikan pendidikan yang lebih inklusif. PPNS akan menilai kelayakan program studinya untuk menerima penyandang disabilitas dan menanamkan prinsip-prinsip GEDSI di kalangan staf, mahasiswa, dan masyarakat luas. Sementara itu, Universitas Klabat berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan masyarakat lokal yang terpinggirkan untuk mengembangkan potensi ekonomi mereka.

Sri Tutie Rahayu dari Polimarin mencoba simulator di Solent University. ©ILO

Melibatkan siswa untuk mengembangkan kurikulum yang berorientasi pada siswa

Meningkatkan kualitas dan relevansi pengajaran, pembelajaran dan desain kurikulum merupakan tujuan utama dari kunjungan belajar ini. Selama kunjungan, masing-masing mitra universitas Inggris mendemonstrasikan proses desain kurikulum mereka kepada mitra Indonesia. Penggunaan intelijen pasar tenaga kerja, menanggapi strategi keterampilan lokal dan kolaborasi teknis dengan industri semuanya berkontribusi untuk memastikan bahwa setiap program studi vokasi bisa memenuhi permintaan industri secara terukur. Mitra Indonesia juga tertarik untuk melihat bagaimana siswa berperan dalam desain kurikulum di sistem Inggris.

“Siswa dapat memberikan masukan mereka untuk kurikulum berdasarkan pengalaman belajar mereka. Kita bisa melibatkan mahasiswa yang sudah selesai magang, sehingga mereka bisa mengetahui ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja,” ujar Rina Sandora, dosen PPNS, usai lokakarya tentang pelibatan siswa di Universitas Strathclyde. Rina kemudian mengusulkan agar PPNS melakukan “dialog terbuka” secara berkala dengan siswa PPNS sebagai kesempatan untuk memberikan umpan balik dalam pengembangan kurikulum.

Perspektif lain yang didapat adalah bahwa suara mahasiswa dapat mendorong citra positif institusi. Delegasi Polimanado belajar dari Universitas Gloucestershire bagaimana mereka melibatkan mahasiswa dan alumni untuk mengubah suara mahasiswa menjadi instrumen yang untuk memperkuat citra institusi. “Melibatkan siswa dalam desain kurikulum dapat meningkatkan kepuasan mereka terhadap pengalaman belajar,” ujar Alelo, Direktur Polimanado. “Dengan demikian, hal itu akan berdampak positif pada peringkat dan citra institusi.”

Membangun kemitraan dengan industri

Delegasi juga mendapat kesempatan untuk kunjungan lapangan ke beberapa industri terkait, seperti Babcock Shipyard, Pusat Distribusi Amazon dan objek wisata Proyek Eden.

Beberapa delegasi didampingi oleh mahasiswa yang melakukan kunjungan industri sebagai bagian dari program studi mereka. Bagi para mahasiswa, kunjungan industri merupakan kesempatan untuk menerapkan teori dan konsep dari kelas ke praktik nyata.

Kunjungan industri ini menginspirasi para delegasi untuk memperkuat kemitraan mereka dengan industri melalui kegiatan kolaborasi termasuk kunjungan rutin ke lokasi, kuliah tamu dari tokoh industri dan pemagangan. “Kalau memungkinkan, industri juga bisa membuka kantor cabang di kampus,” ujar Akhmad Nuryanis, Direktur Polimarin.

Usai kunjungan belajar ini, keempat institusi Inggris menegaskan bahwa mereka akan terus mendukung mitra mereka di Indonesia. “Kami telah mengidentifikasi sejumlah proyek penelitian yang dapat kami kerjakan bersama, dan juga beberapa kolaborasi lain yang dapat dihasilkan darinya,” kata Rafet Kurt, Dosen Senior Arsitektur Angkatan Laut, Teknik Kelautan dan Kelautan (NAOME) di Universitas Strathclyde.

Kegiatan berbagi pengetahuan dan peningkatan kapasitas yang diselenggarakan oleh program SfP-Indonesia ILO ini menghasilkan kemajuan nyata menuju lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi yang lebih relevan – dan inklusif – di Indonesia.