Forum Migrasi Tripartit berdayakan pekerja migran perempuan sebagai agen perubahan untuk lindungi hak kerja
ILO melalui Program Safe and Fair mendukung pembentukan Forum Tripartit Plus di Cirebon, Jawa Barat untuk mendukung hak-hak pekerja migran perempuan.
Sejalan dengan peringatan 16 Hari Aktivisme Menentang Kekerasan Berbasis Gender dan Hari Migran Internasional tahun ini, ILO melalui program Safe and Fair mendukung pembentukan Forum Tripartit Plus tentang Migrasi Tenaga Kerja pada 6 Desember dan acara budaya oleh pekerja migran perempuan dan keluarganya pada 7 Desember di Cirebon, Jawa Barat. Sebagai bagian dari Prakarsa Uni Eropa-PBB, program ini bertujuan untuk memperkuat pendekatan tanggap gender terhadap kekerasan terhadap perempuan dan tata kelola migrasi tenaga kerja.
Pembentukan Forum Tripartit Plus untuk Koordinasi dan Dialog Sosial tentang Migrasi Kerja di Cirebon, Jawa Barat.
Dengan menerapkan pendekatan sektoral secara menyeluruh, forum ini menempatkan perempuan tidak hanya sebagai pihak yang terkena dampak dan terkena dampak kekerasan, tetapi sebagai agen perubahan yang aktif."
Sinthia Harkrisnowo, Koordinator Program Safe dan Fair ILO
Forum Tripartit Plus untuk Koordinasi dan Dialog Sosial tentang Migrasi Kerja dibentuk bersama oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon, Serikat Pekerja Migran Indonesia dan Pusat Krisis Perempuan Mawar Balqis. Forum ini bertujuan untuk menyediakan pelantar inklusif bagi pekerja migran perempuan untuk menyuarakan hak dan aspirasi mereka kepada pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan utama tentang efektivitas koordinasi pemerintah dalam mengimplementasikan UU No. 18/2017 dan layanan koordinasi tanggap gender serta prosedur pengelolaan kasus. Forum ini juga bertujuan untuk mempromosikan pembangunan konsensus dan keterlibatan demokratis para pemangku kepentingan utama melalui dialog sosial.
“Dengan menerapkan pendekatan sektoral secara menyeluruh, forum ini menempatkan perempuan tidak hanya sebagai pihak yang terkena dampak dan terkena dampak kekerasan, tetapi sebagai agen perubahan yang aktif. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa tata kelola migrasi tenaga kerja responsif gender dengan secara proaktif mengidentifikasi dan mengatasi hambatan berbasis gender,” kata Sinthia Harkrisnowo, Koordinator Program Safe dan Fair ILO.
Acara budaya dalam bentuk pertunjukan teater, pembacaan puisi dan tarian tradisional. Acara budaya tersebut dilaksanakan di Desa Gembongan Mekar, dihadiri lebih dari ratusan pekerja migran perempuan dan keluarganya. Selama acara, mantan pekerja migran dan keluarganya meningkatkan kesadaran masyarakat desa tentang migrasi yang aman, aksi untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan layanan dukungan yang tersedia melalui pertunjukan teater, pembacaan puisi dan tarian tradisional.
Pagelaran seni dan budaya ini diharapkan dapat memberdayakan pemahaman dan pengetahuan para pekerja migran, masyarakat desa dan keluarganya tentang hak-hak kerja mereka dan memperkuat solidaritas di antara mereka dalam pencegahan perdagangan orang, pelanggaran hak kerja dan kekerasan dan pelecehan terhadap pekerja migran perempuan.
Selain itu juga diselenggarakan bazaar komunitas yang menampilkan produk-produk yang dihasilkan oleh pekerja migran dan memamerkan program pemberdayaan ekonomi. Acara diakhiri dengan pesan yang mengadvokasi seluruh masyarakat desa untuk bekerja sama demi akses pekerjaan layak yang lebih aman, adil dan luas bagi seluruh pekerja migran Indonesia.
Hingga saat ini, 70 persen dari total pekerja migran Indonesia adalah perempuan dan sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pekerja rumah tangga dan/atau pengasuh—pekerjaan yang tidak tercakup dalam undang-undang ketenagakerjaan di banyak negara asal dan tujuan. Karena kurangnya perlindungan hukum, mereka juga berisiko mengalami kekerasan, perdagangan manusia, pelecehan seksual, pelanggaran ketenagakerjaan dan pekerjaan tidak berbayar.