COVID-19: Mempromosikan pengembangan keterampilan

Memperkuat kemitraan antara lembaga vokasi dan industri untuk atasi ketidaksesuaian keterampilan di era digital

Transisi menuju ke pekerjaan yang layak merupakan tantangan berat bagi kaum muda, baik ketika ekonomi berada dalam masa terbaik, terlebih lagi dalam masa krisis seperti wabah COVID-19. ILO dan para mitranya mengkaji upaya mengatasi ketidaksesuaian keterampilan digital guna memuluskan transisi dari sekolah ke dunia kerja selama dan sesudah wabah ini.

News | Jakarta, Indonesia | 14 May 2020
Pelatihan desain di BBPLK-Bekasi (c)ILO/G. Lingga
Ketidaksesuaian keterampilan menjadi salah satu tantangan utama dalam memastikan transisi yang mulus dari sekolah ke dunia kerja dan memastikan penyerapan pencari kerja muda, terutama lulusan lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi, oleh industri. Kurikulum lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi yang tidak sesuai dengan tuntutan industri merupakan salah satu alasan terjadinya ketidaksesuaian keterampilan.

Keterampilan animasi digital memiliki potensi untuk berkembang di kawasan ini dan menyerap pencari kerja terutama kaum muda. Karenanya, penting membangun kemitraan antara lembaga vokasi dengan industri."

Tauvik Muhamad, manajer proyek pengembangan keterampilan ILO
Untuk memahami ketidaksesuaian keterampilan ini dan dalam meningkatkan kemitraan yang lebih besar antara lembaga vokasi dengan industri, ILO bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan, Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Bekasi dan Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI) melakukan webinar guna mengatasi ketidaksesuaian keterampilan digital bagi kaum muda pada 13 Mei 2020. Tujuan dari webinar ini adalah berbagi perspektif sektor industri dan mengidentifikasi kesenjangan guna memperbaiki kurikulum pelatihan tentang keterampilan animasi.

“Mengapa keterampilan animasi? Keterampilan animasi digital memiliki potensi untuk berkembang di kawasan ini dan menyerap pencari kerja terutama kaum muda. Ini juga merupakan pengembangan keterampilan yang disediakan oleh BBPLK Bekasi melalui program motion graphic dan animasi film. Karenanya, penting membangun kemitraan antara lembaga vokasi dengan industri,” jelas Tauvik Muhamad, manajer proyek pengembangan keterampilan ILO, menjelaskan.

Kami ingin menciptakan para animator yang dapat membantu Indonesia berkembang di dunia animasi dan sangat menghargai kesempatan memastikan para lulusan lembaga pelatihan vokasi sejalan dengan kebutuhan industri yang sedang berkembang ini."

Darryl Wilson, Ketua AINAKI
BBPLK Bekasi merupakan balai besar pengembangan latihan kerja yang terfokus pada teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta keterampilan elektronik. Di TIK, misalnya, BBPLK Bekasi menawarkan 12 kursus pelatihan, antara lain, desain grafis, solusi perangkat lunak TI untuk pemrograman bisnis dan mobile serta pengembangan situs.

Selama webinar, Darryl Wilson, Ketua AINAKI, berbagi tentang kebutuhan keterampilan saat ini, standar kompetensi, pelatihan kerja dan ruang lingkup pekerjaan tahap produksi, pangsa pasar sumber daya dan pengembangan karier di industri animasi. Bersama dengan Kementerian Informasi dan Komunikasi, ia mengembangkan Kompetensi Standar Kerja Nasional untuk Desain (Animasi).

“Industri animasi Indonesia berkembang pesat dalam lima tahun terakhir. Kami ingin menciptakan para animator yang dapat membantu Indonesia berkembang di dunia animasi dan sangat menghargai kesempatan untuk bekerja sama dengan para mitra yang relevan guna memastikan para lulusan lembaga pelatihan vokasi sejalan dengan kebutuhan industri yang sedang berkembang ini, ”katanya .

Ini adalah jenis kemitraan yang perlu kita kembangkan dan perkuat karena kita membutuhkan keterlibatan industri yang lebih besar dalam sistem pendidikan dan pelatihan vokasi sesuai tuntutan industri dan teknologi yang berubah cepat dalam teknologi revolusi industri 4.0 ini."

Tri Pudji Astanti, Kepala Divisi Pengembangan Sistem dan Metode Pelatihan Kementerian Ketenagakerjaan
Tri Pudji Astanti, Kepala Divisi Pengembangan Sistem dan Metode Pelatihan Kementerian Ketenagakerjaan memberikan apresiasi pada lokakarya ini. “Ini adalah jenis kemitraan yang perlu kita kembangkan dan perkuat karena kita membutuhkan keterlibatan industri yang lebih besar dalam sistem pendidikan dan pelatihan vokasi guna memastikan penciptaan pekerja yang berkualitas dan terampil sesuai  tuntutan industri dan teknologi yang berubah cepat dalam teknologi revolusi industri 4.0 ini,” ungkapnya.

Webinar diakhiri dengan inisiatif untuk memperkuat kemitraan antara lembaga vokasi dan industri. "Webinar ini akan ditindak lanjuti dengan pertemuan-pertemuan lanjutan untuk meninjau kurikulum yang ada dan mendorong keterlibatan industri seperti AINAKI dalam proses pengajaran," tambah Tauvik.

Dukungan ILO untuk pengembangan keterampilan diberikan melalui Proyek Keterampilan Industri untuk Pertumbuhan yang Inklusif. Didanai oleh Pemerintah Jepang, tahap kedua dari proyek ini bertujuan mempromosikan mekanisme dan pendekatan praktis yang memungkinkan industri dan tempat kerja menjadi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif di kawasan Asia. Di Indonesia, proyek ini bekerja erat dengan pemerintah, organisasi pekerja dan pengusaha.