Ketenagakerjaan muda
Meraih Masa Depan yang Lebih Baik dan Kreatif dengan Kewirausahaan
Program kewirausahaan bersama ILO dan UNHCR terus berlanjut ke gelombang kedua bersama para wirausaha muda yang penuh antusiasme. Mereka siap mengembangkan dan memperluas usaha mereka.
Nashaat merupakan salah seorang dari 34 lulusan program pelatihan enam bulan untuk pengusaha dan pengungsi Indonesia bertajuk “Pelatihan Siap Usaha” (Ready for Business Training) yang diselenggarakan oleh ILO dan UNHCR dengan dukungan dari Universitas Atma Jaya dan Dompet Dhuafa.
Nashaat adalah seorang dokter gigi lulusan Ukraina di negara asalnya, Irak. Namun, ia harus menghentikan praktik dokter giginya ketika harus mengungsi ke Indonesia. “Saya merasa putus asa karena tidak bisa melanjutkan praktik dokter gigi saya. Melalui program ini saya belajar saya bisa melakukan banyak hal selain menjadi dokter gigi. Program ini telah membuka pintu baru bagi saya sebagai wirausaha,“ ujarnya dengan optimis.
Akses yang lebih besar terhadap ekonomi dan mata pencarian sangat penting bagi para pengungsi. Proyek percontohan ini mungkin berskala kecil tetapi menjadi langkah awal yang penting. ILO terus mendukung upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam menyusun peraturan yang memungkinkan para pengungsi aktif secara ekonomi."
Kazutoshi Chatani, Spesialis Ketenagakerjaan ILO
“Akses yang lebih besar terhadap ekonomi dan mata pencarian sangat penting bagi para pengungsi. Proyek percontohan ini mungkin berskala kecil tetapi menjadi langkah awal yang penting. ILO terus mendukung upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam menyusun peraturan yang memungkinkan para pengungsi aktif secara ekonomi,” kata Kazutoshi.
Hingga saat ini semua pengungsi di negara ini telah berasimilasi dan berbaur dengan masyarakat setempat. Mereka sekarang menjadi bagian dari masyarakat. Terkait dengan pemberdayaan ekonomi, kami saat ini menunggu panduan dari Kementerian Ketenagakerjaan. Kami percaya para pengungsi dapat menyumbangkan bakat, keterampilan dan pengetahuan mereka untuk kepentingan masyarakat."
Chairul Anwar, Kepala Gugus Tugas Pengungsi sebagai perwakilan pemerintah Indonesia
“Hingga saat ini semua pengungsi di negara ini telah berasimilasi dan berbaur dengan masyarakat setempat. Mereka sekarang menjadi bagian dari masyarakat. Terkait dengan pemberdayaan ekonomi, kami saat ini menunggu panduan dari Kementerian Ketenagakerjaan. Kami percaya para pengungsi dapat menyumbangkan bakat, keterampilan dan pengetahuan mereka untuk kepentingan masyarakat,” ia menegaskan.
Sementara bagi para peserta dan fasilitator Indonesia, program ini telah memberi mereka pengalaman dan peluang baru dalam berinteraksi dengan para pengungsi. “Saya belajar banyak tentang kehidupan, bagaimana bertahan hidup dan keteguhan. Dan saya akan terus melatih mereka, memastikan mereka dapat mempertahankan usaha yang telah dirintis lewat kemitraan dengan pengusaha Indonesia,” ungkap Ahmad Rifki, salah seorang fasilitator.
Di akhir program ini, sembilan usulan usaha telah disusun. Selama hari kelulusan, para lulusan memperlihatkan dan memamerkan produk usaha mereka, yang beragam dari makanan ringan, kerajinan tangan, kuliner dan pakaian. Mereka pun membawakan keunikan negara asal ke dalam produk mereka, seperti kue kering Karebat dari Ethiopia dan tas rajutan dari Afghanistan.
Angel Walangitan, salah seorang lulusan dari Indonesia, memamerkan pelindung kepala helm yang dibuat dari sisa kain yang dirancang ulang seperti denim. Ia membangun usaha ini bersama dengan dua mitra lain yang dia temui dalam program kewirausahaan: Alda Chrisvantina, seorang mahasiswi akuntansi, dan Fahim, seorang seniman otodidak yang mengungsi ke Indonesia pada 2013 lalu. “Saya antusias untuk melanjutkan kemitraan dan mengembangkan usaha kami.”