ILO – Yayasan Kampung Halaman meluncurkan video disabilitas di Semarang: SAMA - Ruang, Peluang dan Perlakuan untuk Penyandang Disabilitas

Sejalan dengan peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional, Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ILO), bekerja sama dengan Yayasan Kampung Halaman (YKH), akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan kampanye bertajuk “SAMA: Ruang, Peluang dan Perlakuan untuk Penyandang Disabilitas”. Peluncuran di Semarang ini menandai peluncuran terakhir dari serangkaian peluncuran yang diadakan di Jakarta pada 5 Desember, Surabaya pada 9 Desember dan Yogyakarta pada 11 Desember.

Press release | Semarang, Jawa Tengah, Indonesia | 16 December 2013
SEMARANG (Siaran Pers Bersama): Sejalan dengan peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional, Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ILO), bekerja sama dengan Yayasan Kampung Halaman (YKH), akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan kampanye bertajuk “SAMA: Ruang, Peluang dan Perlakuan untuk Penyandang Disabilitas”. Kampanye ini akan menggunakan video partisipatif dalam bentuk video diary mengenai akses atas pekerjaan dan fasilitas umum. Video diary akan diluncurkan pada Rabu, 18 Desember 2013, di Paragon XXI, Paragon City, Jl. Pemuda No. 119, Semarang, Jawa Tengah.

Pertama kalinya dilakukan, video-video ini diproduksi sendiri oleh para penyandang disabilitas di Jakarta menampilkan dua hak penting penyandang disabilitas: hak atas pekerjaan dan fasilitas umum yang layak. Menggunakan kata-kata, pilihan gambar mereka sendiri, video-video ini merekam keseharian, perjuangan, perjalanan dan harapan para penyandang disabilitas. Video-video ini terdiri dari dua video dengan durasi keseluruhan 30 menit.
Selain video diary, suara dan aspirasi para peserta ini pun didokumentasi ke dalam sebuah video belakang layar. Peluncuran video diary ini juga diikuti dengan diskusi interaktif yang menghadirkan perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja Semarang, pengamat tata kota dan perwakilan perusahaan dalam menyuarakan suara para penyandang disabilitas dan meningkatkan kepedulian semua pihak terkait, termasuk masyarakat luas dan media massa. 


“ILO percaya bahwa video partisipatori ini akan lebih meningkatkan kesadaran tentang disabilitas dan rasa prioritas masyarakat, khususnya di antara para pembuat kebijakan. ILO meyakini kesadaran semacam itu akan membantu memerangi stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas serta perlindungan hak mereka atas pekerjaan dan fasilitas umum yang layak untuk mewujudkan partisipasi penuh dan sejajar penyandang disabilitas dalam segala bentuk kegiatan masyarakat,” ujar Michiko Miyamoto, Wakil Direktur ILO di Indonesia, mengomentari peluncuran video partisipatori ini.

Pembuatan video partisipatori ini melibatkan 19 penyandang disabilitas penglihatan, pendengaran dan fisik. Mereka terlibat dalam proses pelatihan dan pendampingan selama satu bulan pada bulan Oktober. Selama masa pelatihan dan pendampingan, para penyandang disabilitas secara mandiri mengidentifikasi pengalaman, kesulitan, harapan dan aspirasi mereka dengan menggunakan metode video diary.

“Metode video diary ini merupakan metode yang dapat membantu peserta mengenali pengalaman hidupnya selama ini untuk kemudian disikapi secara bebas dan diolah menjadi alat advokasi personal maupun kelompok. Diharapkan video ini dapat membantu menghapuskan segala bentuk hambatan yang dihadapi penyandang disabilitas, dari sikap, fisik, ekonomi dan budaya, dan akan membantu masyarakat luas belajar mendengarkan dan memahami suara dan cara pandang penyandang disabilitas tentang pekerjaan dan kehidupan mereka selama ini,” kata Dian Herdiany, Ketua YKH.

Pelatihan bagi para penyandang disabilitas ini diawali dengan upaya mengidentifikasi persoalan yang dapat diangkat menjadi kisah. Didampingi para mentor, berbagai metode penggalian masalah dilakukan, seperti role play, diskusi kelompok serta riset visual dan non-visual. Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan cerita, pengenalan terhadap alat rekam audio visual dan proses produksi (penggambilan gambar dan narasi cerita), yang juga melibatkan anggota keluarga, tempat kerja dan komunitas sekitar dalam menyuarakan kisah para penyandang disabilitas ini. “Selama pelatihan, para peserta membuktikan sejumlah stigma terhadap mereka ternyata salah. Para peserta dengan disabilitas penglihatan, misalnya, memperlihatkan kemampuan mereka dalam menggunakan kamera video. Meski mereka tidak dapat melihat, mereka miliki rasa komposisi yang kuat melalui suara,” Dian menambahkan.

Kendati dilakukan pelatihan dan proses pembuatan video diary ini harus dilakukan secara intensif selama satu bulan, semangat dan antusiasme para peserta sangat tinggi. “Keunikan video-video ini adalah para peserta dari berbagai bentuk disabilitas yang berbeda harus saling bekerjasama. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa dan saya berharap video-video ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama para pembuat keputusan, tentang disabiltias,” tegas Yudhi Hermawan, peserta dengan disabilitas penglihatan. Sementara Laura Wijaya, peserta dengan disabilitas pendengaran, menegaskan pentingnya pengakuan atas bahasa isyarat. “Melalui video-video ini, saya berharap masyarakat dapat lebih memahami pentingnya bahasa isyarat bagi orang dengan disabilitas pendengaran.”

Selain video diary, suara dan aspirasi para peserta ini pun didokumentasi ke dalam sebuah video belakang layar. Peluncuran video diary ini juga diikuti dengan diskusi interaktif yang menghadirkan perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja Semarang, pengamat tata kota dan perwakilan perusahaan dalam menyuarakan suara para penyandang disabilitas dan meningkatkan kepedulian semua pihak terkait, termasuk masyarakat luas dan media massa.

Peluncuran di Semarang ini menandai peluncuran terakhir dari serangkaian peluncuran yang diadakan di Jakarta pada 5 Desember, Surabaya pada 9 Desember dan Yogyakarta pada 11 Desember. Peluncuran Yogyakarta merupakan bagian dari Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta. Kegiatan-kegiatan peluncuran ini melibatkan para peserta yang memproduksi film ini.

Video-video ini diproduksi oleh ILO melalui dukungan dari Better Work Indonesia (BWI), sebuah kemitraan yang unik antara ILO dengan International Finance Corporation (IFC), yang bertujuan meningkatkan standar ketenagakerjaan dan meningkatkan daya saing industri garmen di Indonesia; Program ILO untuk Mempromosikan Hak dan Peluang bagi Penyandang Disabilitas dalam Pekerjaan melalui Peraturan Perundangan (PROPEL-Indonesia) yang bertujuan mengatasi masalah kesenjangan dalam kebijakan dan perlindungan peraturan perundangan terkait pekerjaan dan pelatihan bagi para penyandang disabilitas guna memastikan kesesuaiannya dengan standar internasional; dan Kemitraan PBB untuk mempromosikan Hak-hak Penyandang Disabilitas di Indonesia (UNPRPD) yang bertujuan diadopsinya kebijakan lanjutan terkait hak-hak penyandang disabilitas yang dipromosikan melalui lembaga disabilitas yang lebih kuat dan pengumpulan data yang lebih baik.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Yohanis Pakereng
Koordinator Proyek Disabilitas ILO
Tel.: +6221 3913112 ext. 126
Email

Gita Lingga
Staf Komunikasi ILO
Tel.: +6221 3913112 ext. 115
Email