ILO – Yayasan Kampung Halaman luncurkan Video Pekerja Anak Indonesia di Makassar: Aku, Masa Depanmu Indonesia!

MAKASSAR (Siaran Pers Bersama): Tempat pembuangan sampah Antang (TPAS) Kota Makassar terletak di Desa Tamangapa, Kecamatan Manggala—sekitar 15 km dari pusat kota. Beroperasi sejak tahun 1993, diperkirakan terdapat 514 anak-anak usia 6-18 yang bekerja di sana. Kebanyakan anak-anak ini kurang memahami masalah kesehatan dan risiko kerja di mana 67 persen dari mereka hanya menyelesaikan tingkat pendidikan dasar.

Press release | 04 July 2012

MAKASSAR (Siaran Pers Bersama): Tempat pembuangan sampah Antang (TPAS) Kota Makassar terletak di Desa Tamangapa, Kecamatan Manggala—sekitar 15 km dari pusat kota. Beroperasi sejak tahun 1993, diperkirakan terdapat 514 anak-anak usia 6-18 yang bekerja di sana. Kebanyakan anak-anak ini kurang memahami masalah kesehatan dan risiko kerja di mana 67 persen dari mereka hanya menyelesaikan tingkat pendidikan dasar. Kebanyakan dari mereka pun memutuskan berhenti sekolah karena ingin langsung bekerja guna mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan memadukan sekolah dengan kegiatan memulung sehabis bersekolah.

Rata-rata mereka bekerja dari jam 6 sore hingga tengah malam (atau bahkan bekerja di sembarang waktu), yang menempatkan dalam risiko secara psikis dan fisik. Sejumlah bahaya yang dihadapi para anak-anak ini adalah gangguan kesehatan, seperti Infeksi Saluran Pernapasan, penyakit kulit dan diare, kecelakaan akibat terjatuh atau terluka oleh mesin dan peralatan serta truk sampah yang beroperasi di lokasi hingga tengah malam. Mereka pun terpapar risiko melalui interaksi dengan orang dewasa yang dapat mempengaruhi anak-anak dengan gaya hidup yang negatif.

Sejalan dengan peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak, ILO bekerja sama dengan Yayasan Kampung Halaman (YKH) akan meluncurkan video partisipatori dalam bentuk video diary dan situs interaktif tentang pekerja anak dan pendidikan bertajuk “Aku, Masa Depanmu Indonesia!” pada Kamis, 5 Juli, di Gedung Bakti, Makassar. Peluncuran Makassar ini merupakan tindaklanjut dari peluncuran nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada 28 Juni.

Video diary ini diproduksi ILO melalui Proyek Pekerja Anak dan Pendidikan yang didanai Kementerian Luar Negeri Belanda. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kesempatan bagi pekerja anak ataupun anak-anak yang rentan untuk bekerja atas pendidikan.

Pertama kalinya dilakukan, video ini merupakan hasil karya dari para pekerja anak sendiri di Jakarta, Sukabumi dan Makassar di lima sektor: anak jalanan, pemulung anak, pekerja rumah tangga anak, pekerja pabrik anak dan pekerja seksual komersial anak. Menggunakan kata-kata dan pilihan gambar mereka sendiri, video-video ini merekam keseharian, perjuangan, harapan para pekerja anak dalam menjalani kerasnya lika-liku kehidupan dan pekerjaan mereka. Dari keenam video dengan durasi keseluruhan 60 menit, dua video dihasilkan oleh para pemulung anak Antang: “Assala Assiloka” (Yang Paling Penting Sekolah) and “Yabo” (Memulung).

Pembuatan video partisipatori ini melibatkan 41 pekerja anak di bawah 18 tahun, di mana 21 anak di antaranya berasal dari Makassar yang terlibat dalam proses pelatihan dan pendampingan selama dua minggu. Selama masa pelatihan dan pendampingan, para pekerja anak secara mandiri mengidentifikasi pengalaman, kesulitan, harapan dan aspirasi mereka dengan menggunakan metode video diary.

“Metode video diary ini merupakan metode yang dapat membantu peserta mengenali pengalaman hidupnya selama ini untuk kemudian disikapi secara bebas dan diolah menjadi alat advokasi personal maupun kelompok. Diharapkan video ini dapat membantu masyarakat luas belajar mendengarkan dan memahami suara dan cara pandang para pekerja anak tentang pekerjaan dan kehidupan mereka selama ini,” kata Dian Herdiany, Ketua YKH.

Pelatihan bagi para pekerja anak ini diawali dengan upaya mengidentifikasi persoalan yang dapat diangkat menjadi kisah. Didampingi para mentor, berbagai metode penggalian masalah dilakukan, seperti role play, diskusi kelompok serta riset visual dan non-visual. Diakui Arvan Sabrang, salah seorang mentor untuk audio visual, bukan merupakan hal yang mudah bagi para pekerja anak ini untuk menceritakan perasaan dan pendapat mereka. “Mereka tidak biasa bercerita atau mengeskpresikan perasaan mereka, mengingat kerasnya dunia kerja yang harus mereka jalani.”

Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan cerita, pengenalan terhadap alat rekam audio visual dan proses produksi (penggambilan gambar dan narasi cerita), yang juga melibatkan orangtua, tempat kerja dan komunitas sekitar dalam menyuarakan kisah para pekerja anak ini. “Para peserta tidak hanya diperkenalkan para proses pembuatan film secara teknis, namun mereka juga diberi bekal untuk mengenali potensi diri dan peluang yang ada di masyarakat sekitar, tempat mereka tinggal dan bekerja,” Dian menambahkan.

Kendati dilakukan pelatihan dan proses pembuatan video diary ini harus dilakukan di sela-sela waktu luang saat jam kerja mereka usai, semangat dan antusiasme para peserta sangat tinggi. “Yang mengagumkan para peserta selalu mempunyai energi dan antusiasme yang besar selama pelatihan. Meski baru saja selesai bekerja, mereka tetap bersemangat,” tegas Arvan.

Selain video diary, suara dan aspirasi para pekerja anak ini pun didokumentasi ke dalam sebuah situs interaktif dan sebuah video belakang layar yang melengkapi bentuk-bentuk program kampanye yang dilakukan ILO bersama YKH dalam menyuarakan suara para pekerja anak dan meningkatkan kepedulian semua pihak terkait, termasuk masyarakat luas dan media massa, terhadap permasalahan ini. Hasil karya dan kisah kehidupan para pekerja yang terlibat, termasuk para mentor dan pendamping, dapat ungguh melalui www.childlabourvoice.org.

Setelah peluncuran di Jakarta dan Makassar, Yogyakarta akan menjadi kota tujuan pemutaran dan diskusi selanjutnya dan melibatkan para pekerja anak yang memproduksi film ini.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

Dede Sudono
Staf ILO untuk Pendidikan dan Pekerja Anak
Tel.: +6221 3913112 ext. 126
Email

Gita Lingga
Staf Komunikasi ILO
Tel.: +6221 3913112 ext. 115
Email


Dian Herdiany
Ketua Yayasan Kampung Halaman
Tel.: +62274 7478602, +62274 8356556
Email 1

Email 2

Cicilia Maharani
Direktur Yayasan Kampung Halaman
Tel.: +62274 7478602, +62274 8356556
Email 1

Email 2