Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 2009: Krisis tingkatkan risiko anak perempuan menjadi pekerja anak

Krisis keuangan global dapat mendorong peningkatan jumlah pekerja anak, khususnya anak-anak perempuan, demikian laporan terbaru yang diterbitkan Kantor Perburuhan Internasional (the International Labour Organization\ILO) sejalan dengan peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak pada 12 Juni. Laporan ini akan diluncurkan secara nasional pada media massa di Indonesia pada Kamis, 11 Juni 2009, di Kantor ILO Jakarta, Menara Thamrin lantai 22, Jl. M.H Thamrin Kav. 3, Jakarta, dari pukul 10.30 hingga 13.00 WIB.

Press release | 10 June 2009

JAKARTA (Berita ILO): Krisis keuangan global dapat mendorong peningkatan jumlah pekerja anak, khususnya anak-anak perempuan, demikian laporan terbaru yang diterbitkan Kantor Perburuhan Internasional (the International Labour Organization\ILO) sejalan dengan peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak pada 12 Juni. Laporan ini akan diluncurkan secara nasional pada media massa di Indonesia pada Kamis, 11 Juni 2009, di Kantor ILO Jakarta, Menara Thamrin lantai 22, Jl. M.H Thamrin Kav. 3, Jakarta, dari pukul 10.30 hingga 13.00 WIB.

Laporan ILO, bertajuk Give Girls a Chance: Tackling child labour, a key to the future (Berikan Anak Perempuan Kesempatan: Penanggulangan pekerja anak, kunci masa depan) menyatakan bahwa kendati perkiraan global baru-baru ini mengindikasikan penurunan jumlah pekerja anak, krisis keuangan yang terjadi saat ini mengancam kemajuan tersebut.

Laporan pun menyebutkan, rentannya anak-anak perempuan terjebak dalam pekerja anak terkait dengan banyaknya bukti bahwa di banyak negara keluarga lebih mementingkan anak-laki-laki saat memutuskan masalah pendidikan anak. Laporan menegaskan bahwa sejalan dengan meningkatnya kemiskinan akibat krisis, keluarga-keluarga miskin dengan sejumlah anak harus memilih siapa yang disekolahkan. Dalam budaya di mana nilai lebih tinggi ditempatkan pada pendidikan anak laki-laki mengakibatkan anak-anak perempuan rentan putus sekolah dan cenderung memasuki dunia kerja di usia dini.

Salah satu faktor yang dapat mendorong meningkatnya jumlah pekerja anak termasuk pengurangan anggaran nasional dan penurunan remitens para pekerja migran padahal remitens inilah yang acapkali membantu menempatkan anak-anak di sekolah.

Tahun ini, Hari Dunia juga bertepatan dengan sepuluh tahun Konvensi ILO No. 182 tentang penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. “Dengan 169 ratifikasi, saat ini hanya kekurangan 14 untuk menjadikannya ratifikasi universal oleh seluruh negara anggota,” demikian Juan Somavia, Direktur Jenderal ILO. “Hal ini merupakan bentuk komitmen yang luar biasa. Konvensi ini menyerukan perhatian khusus pada situasi anak-anak perempuan dan kami ingin menyoroti risiko-risiko khusus yang dihadapi anak-anak perempuan selama krisis ini. Melindungi anak-anak perempuan– dan semua anak – dari pekerja anak memerlukan respons terpadu termasuk pekerjaan untuk para orang tua dan perangkat perlindungan sosial yang dapat membantu baik anak-anak perempuan maupun laki-laki tetap bersekolah. Akses terhadap pendidikan dan pelatihan dasar bagi anak-anak perempuan dan laki-laki, karenanya, harus menjadi bagian dari solusi masa depan.”

Laporan ILO menyebutkan, perkiraan global terbaru mengindikasikan lebih dari 100 juta anak-anak perempuan terlibat dalam pekerja anak dan banyak dari mereka yang terlibat dalam bentuk-bentuk terburuknya. Anak-anak perempuan menghadapi sejumlah masalah khusus yang memerlukan perhatian khusus, yaitu:

  • § Banyak pekerjaan yang dilakukan anak-anak perempuan tersembunyi dari pemantauan publik yang menciptakan bahaya-bahaya tersendiri. Anak-anak perempuan mendominasi jumlah anak-anak dalam pekerjaan rumah tangga dalam rumah tangga dan terdapat laporan mengenai tindak kekerasan terhadap pekerja rumah tangga anak;
  • § Di dalam rumah mereka sendiri, anak-anak perempuan harus lebih banyak melakukan tugas-tugas rumah tangga ketimbang anak laki-laki. Dipadukan dengan kegiatan ekonomi di luar rumah tangga, hal ini menyiratkan “beban ganda” yang meningkatkan risiko anak-anak perempuan putus sekolah; dan
  • § Dalam banyak budaya, anak-anak perempuan berada dalam posisi inferior dan rentan serta cenderung tidak memiliki pendidikan dasar memadai. Hal ini dapat secara serius menghambat peluang masa depan mereka.

Laporan pun menggarisbawahi pentingnya investasi dalam pendidikan anak-anak perempuan sebagai langkah efektif untuk menanggulangi kemiskinan. Anak-anak perempuan yang terdidik cenderung berpenghasilan lebih saat dewasa, menikah ketika usia dewasa, memiliki anak lebih sedikit dan sehat serta memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan dalam rumah tangga. Para ibu yang terdidik pun lebih cenderung memastikan anak-anak mereka juga terdidik dan karenanya membantu mencegah lahirnya pekerja anak.

Selanjutnya, ratusan kegiatan akan diselenggarakan di sekitar 60 negara di seluruh dunia untuk menandai Hari Dunia ini. Di Indonesia, ILO akan menggalang kerjasama dengan pemerintah, konfederasi nasional, lembaga pendidikan, LSM dan para mitra sosial lainnya untuk menyelenggarakan aksi jalan bersama guna menanggulangi pekerja anak, pada Minggu, 21 Juni 2009, dari pukul 07.00 – 12.00 WIB, di Plaza Selatan, Gelora Bung Karno, Jakarta. Aksi ini akan diawali di dua titik: Universitas Atma Jaya dan Departemen Pendidikan Nasional.

Dari kedua titik ini, lebih dari 1.500 orang, termasuk mantan pekerja anak, dari berbagai organisasi akan berjalan menuju Plaza Selatan, menyuarakan aspirasi mereka akan masa depan dengan akses pada pendidikan berkualitas, pengakuan terhadap hak-hak anak, dan pada masa depan tanpa pekerja anak. Erman Suparno, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Meutia Hatta, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, akan membuka aksi bersama ini.

Program Internasional ILO tentang Penghapusan Pekerja Anak (IPEC) memiliki kegiatan di hampir 90 negara di dunia. IPEC menjalankan programnya di tingkat kebijakan, mendukung penyusunan kerangka perundangan dan kebijakan untuk menanggulangi pekerja anak, serta melalui program yang ditujukan untuk mencegah dan menarik anak dari pekerjaan serta mengembangkan Rencana Aksi Global untuk menghapuskan bentuk-bntuk terburuknya–termasuk pekerjaan berbahaya, eksploitasi seksual komersial, perdagangan dan segala bentuk perbudakkan– pada 2016. Banyak kegiatan ILO-IPEC di tingkat lokal ditujukan kepada anak-anak perempuan, menyediakan peluang atas pendidikan dan pelatihan sebagai alternatif dari pekerja anak.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

Arum Ratnawati
Kepala Penasihat Teknis Program Pekerja Anak ILO
Tel. +6221 3913112 ext. 122
Email

Patrick Daru
Kepala Penasihat Teknis Program Pendidikan dan Pelatihan ILO
Tel. +6221 3913112 ext. 150
Email

Abdul Hakim
Spesialis Monitoring dan Evaluasi Program Pekerja Anak ILO
Tel. +6221 3913112 ext. 127
Mobile: +62812 933 8959
Email