Dampak kami, suara mereka

Dua wirausaha muda meluncurkan bisnis digital baru untuk mendukung UMKM

Setelah mengikuti pelatihan pemasaran digital ILO, yang menjdi bagian dari program bersama PBB, dua wirausaha muda meluncurkan usaha bersama. Mereka berharap dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi kaum muda dan menyediakan beragam layanan untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Feature | Jakarta, Indonesia | 16 December 2021
Kenichi Satria Kaffah dan Joceline Elena Pakereng berkolaborasi untuk memulai bisnis digital bersama. Setelah menyelesaikan pelatihan digital dan program pemagangan pada pertengahan 2021, dua wirausaha muda ini siap mengarungi petualangan bisnis baru dengan mendirikan Mitrayasa Multi Partner (My Mulpa).

Joceline Elena Pakereng and Kenichi Satria Kaffah
Kenichi mengatakan My Mulpa bertujuan untuk menyediakan beragam jasa untuk UMKM yang belum mampu mempekerjakan pekerja khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka. “Layanan yang kami sediakan misalnya di bidang akuntansi, pemasaran digital, desain, layanan konsumen, personalia dan lain-lain,” ujar Kenichi, pemuda berusia 18 tahun yang lahir dengan gangguan penglihatan.

Semangat serupa dirasakan mitra bisnisnya, Joceline, 18 tahun, yang baru saja memulai kuliah di jurusan psikologi di Universitas Katolik Atma Jaya di Jakarta. “Kemampuan memanfaatkan media sosial sebagai alat pemasaran merupakan salah satu hal penting yang paling dicari sekarang,” kata Joceline menjelaskan.

Dua wirausaha muda ini bertemu secara daring dalam pelatihan Peningkatan Keterampilan Pemasaran Digital (Upskilling in Digital Marketing). Pelatihan ini merupakan bagian dari proyek bersama Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian yang diselenggarakan empat badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Indonesia, termasuk ILO. Proyek ini didanai oleh UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN MPTF).

Setelah mempelajari banyak hal yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis, misalnya investasi biaya, tenaga, keterampilan dan waktu, saya merasa terinspirasi untuk memulai bisnis sendiri."

Kenichi Satria Kaffah, Pendiri My Mulpa
Berbekal pengetahuan yang didapat selama pelatihan, mereka merasa percaya diri mampu menyediakan layanan digital profesional untuk UMKM. Kenichi yakin bahwa keterampilan copywriting dan produksi konten yang ia asah selama pelatihan akan membantu mengembangkan bisnis para klien. Sementara itu, Joceline mengaku tidak sabar untuk menerapkan pengetahuannya untuk merencanakan dan membuat konten dan jadwal media sosial yang efektif.

Mereka juga merasa yakin bahwa materi mengenai pengembangan bisnis akan membantu mereka membangun usaha yang kuat. "Setelah mempelajari banyak hal yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis, misalnya investasi biaya, tenaga, keterampilan dan waktu, saya merasa terinspirasi untuk memulai bisnis sendiri," ujar Kenichi yang juga baru memulai kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Baik Kenichi dan Joceline juga berbagi antusiasme dan semangat untuk berhadapan dengan klien. Selama menjalani program pemagangan, Kenichi dan Joceline memiliki kesempatan untuk menangani dan menyusun strategi pemasaran bagi klien sungguhan. Selama program pemagangan dengan jenama fesyen Hwan Ecoethnic, Kenichi berhasil meningkatkan jumlah pengunjung di akun Instagram milik Hwan Ecoethnic dengan menyusun jadwal penerbitan dan menulis pesan yang menarik. Klien Joceline, produsen produk ramah lingkungan The Bless Shop, mengaku sangat puas melihat interaksi di akun Instagram miliknya yang melesat hingga 1.370 persen berkat rencana konten yang disusun Joceline.

"Pengalaman positif ini menginspirasi saya menerima ajakan Kenichi untuk bermitra dan membangun bisnis bersama," Joceline menambahkan.

Pengalaman positif ini menginspirasi saya menerima ajakan Kenichi untuk bermitra dan membangun bisnis bersama."

Joceline Elena Pakereng, Mitra Pendiri My Mulpa
Keberhasilan mereka membangun bisnis sendiri dengan bekal pengetahuan dari pelatihan merupakan tujuan utama program ini. "Tujuan lainnya adalah memastikan bahwa perkembangan pesat ekonomi digital akan lebih inklusif dan memberi manfaat bagi kelompok-kelompok rentan," ungkap Navitri Putri Guillaume, staf ILO untuk proyek Employment and Livelihood.

Kenichi tidak pernah menyangka bahwa ketertarikannya di bidang pemasaran digital memungkinkan dirinya untuk menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda seraya membantu pertumbuhan usaha kecil. "Kedua orang tua saya juga penyandang disabilitas netra dan mereka menunjukkan bahwa disabilitas bukan lah alasan untuk berhenti berkarya dan membantu orang lain," ujar Kenichi. “Almarhum ayah bekerja sebagai master akupunktur yang sempat mengenyam pendidikan di Jepang. Ia juga mendirikan organisasi Hikari [Yayasan Hidup Berdikari] yang bergerak untuk memberdayakan para penyandang disabilitas di Indonesia.”

Hal serupa dinyatakan oleh Joceline. Ia menyatakan apa pun hasilnya, proses memulai usaha My Mulpa bersama Kenichi pasti akan berguna untuk mengeksplorasi dan mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya di masa mendatang. Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa banyak pekerjaan bisa dilaksanakan secara daring sehingga Kenichi dan Joceline pun yakin bahwa usaha yang tengah mereka rintis untuk membantu UMKM ini dapat berjalan lancar dan beriringan dengan kuliah mereka.

“Waktu muda merupakan waktu untuk mengalami kegagalan lagi dan lagi. Tetapi saya yakin ada pembelajaran yang bisa menambah wawasan di balik tiap kegagalan,” kata Kenichi.