Melalui program pelatihan kewirausahaan ILO, pengusaha muda dari Sulawesi Selatan berhasil membangun kembali usahanya. Program ini merupakan bagian dari proyek bersama PBB yang terfokus pada pekerjaan dan mata pencarian.
Dampak pandemi COVID-19 dirasakan oleh semua orang di Indonesia. Tidak hanya dari sisi kesehatan, tapi juga dari sisi usaha dan penghasilan. Banyak usaha yang mengalami penurunan penjualan, bahkan tidak sedikit yang harus menutup usaha mereka. Hal yang sama dialami oleh Kandora Hijab.
Aswin Trisakti Syam, 24 tahun, dengan bisnis hijab Kandora Kandora merupakan sebuah usaha hijab yang didirikan oleh Aswin Trisakti Syam, 24 tahun. Melihat potensi pasar di kalangan mahasiswi, Aswin, pemuda kelahiran Bulukumba, mengajak seorang temannya untuk memulai usaha bersama di awal 2020. Mereka mengawali dengan menjadi penjual kembali sebuah produk fesyen hijab ternama, sebelum memproduksi produk sendiri di bawah jenama: Kandora Hijab.
Saya juga mengembangkan strategi inovatif yang mereka sebut sebagai “sayap marketing”, melibatkan sejumlah anak muda untuk mempromosikan Kandora secara daring melalui akun mereka masing-masing."
Aswin Trisakti Syam
Nama Kandora sendiri dambil dari nama keluarga rekan bisnis Aswin, nama yang menampilkan eksklusivitas dan keunikan. Untuk menarik minat mahasiswi zaman sekarang, Kandora hadir dengan kemasan yang kekinian dan ramah lingkungan, produk berkualitas premium, namun dengan harga yang terjangkau.
Saat penjualan mereka mulai merangkak naik, pandemi COVID-19 hadir mengakibatkan penurunan tajam dalam penjualan. Kampus dan sekolah yang menjadi pasar utama mereka harus tutup sejak Maret 2020. Alhasil, produksi yang awalnya dapat mencapai hingga 500 buah setiap bulannya pun terjun bebas. “Mereka malas membeli atau daya belinya menurun karena mereka tidak keluar karena pembatasan bepergian dan aktivitas di kampus,” ujar Aswin.
Aswin dan rekannya tidak menyerah. Mereka menurunkan harga dan berjualan di area Pantai Losari, yang terkenal di Sulawesi Selatan. “Modal kami bisa balik dulu meski capek dan tidak ada keuntungan,” kisah Aswin.
Bersama dengan ILO, kami melihat bahwa pelaku usaha yang terkena dampak itu harus dibantu."
Rahmatya Nuhung, Ketua LPB Makassarpreneur
Aswin pun berupaya mencari cara dan inovasi baru agar usahanya terus berjalan. Di saat yang sama, ia mendengar tentang program pelatihan yang dilakukan oleh ILO dengan RiwaniGlobe dan MakassarPreneur. Pelatihan ini merupakan bagian dari program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Indonesia: proyek Ketenagakerjaan dan Mata Pencarian. Didanai COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN MPTF), proyek ini dijalankan oleh empat badan PBB termasuk ILO.
Rahmatya Nuhung, Ketua LPB Makassarpreneur, menjelaskan,“Salah satu alasan program ini hadir adalah untuk memberikan solusi kepada para pelaku usaha bagaimana mengatasi pandemi yang telah berjalan hampir dua tahun. "Bersama dengan ILO, kami melihat bahwa pelaku usaha yang terkena dampak itu harus dibantu.” Selama pelatihan Aswin belajar tentang manajemen usaha, ide usaha dan perencanaan, keterampilan berwirausaha dan akses pasar. Pelatihan juga membuka wawasan Aswin, membuatnya menyadari seorang wirausaha bukan hanya pedagang yang sekedar berjualan barang tapi membutuhkan strategi agar usaha terus berjalan dan berkembang, khususnya di dunia yang serba digital saat ini.
Aswin kini menjalankan pemasaran digital untuk menaikkan penjualan dengan memanfaatkan promosi secara daring. Ia mengumpulkan testimoni positif dari pembeli untuk menarik pelanggan. Kandora juga mengembangkan strategi inovatif yang mereka sebut sebagai “sayap marketing”, melibatkan sejumlah anak muda untuk mempromosikan Kandora secara daring melalui akun mereka masing-masing. Dengan metode-metode baru tersebut, penjualan Hijab Kandora pun ikut meningkat.