Perempuan dalam Hari TIK internasional
Mengejar impian dalam teknologi: Perjalanan seorang wirausaha teknologi perempuan
Seorang insinyur sekaligus wirausaha teknologi perempuan Indonesia, Fransiska Hadiwidjana, berbagi perjalanan nspiratif dalam mengejar minatnya dan mendorong lebih banyak perempuan untuk memasuki dunia digital.

Perempuan masih kurang terwakili dalam TIK. Semua mentor saya adalah laki-laki dan dari 60 insinyur perangkat lunak di tim saya, hanya 10 orang perempuan."
Fransiska Hadiwidjana
Pada 2017, ia menjadi pendiri dan CEO dari Prelo, lapak perdagangan daring di Indonesia yang terfokus pada penggunaan teknologi ramah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Pelantar ini, yang memungkinkan pengguna untuk menjual barang bekas atau menyewakannya, telah diakuisisi oleh Bukalapak, sebuah perusahaan e-dagang pada 2018. Di tahun yang sama ia dinobatkan Forbes sebagai satu dari sepuluh wirausaha teknologi perempuan inspiratif di Asia Tenggara melalui program "30 under 30 Asia".
Saat ini, dia aktif mempromosikan pekerjaan terkait TIK kepada perempuan. “Dulu di masa kuliah, hanya ada 20 mahasiswi dari 100 mahasiswa rekayasa perangkat lunak di kelas saya. Tak heran, hanya sedikit perempuan yang akhirnya dapat meniti karier di bidang TIK,” ujarnya.
Ia pun mengakui, bahkan dalam satu dawasawarsa kemudian, belum banyak terjadi perubahan. “Perempuan masih kurang terwakili dalam TIK. Semua mentor saya adalah laki-laki dan dari 60 insinyur perangkat lunak di tim saya, hanya 10 orang perempuan.”

“Pelantar web kami memungkinkan perempuan bertemu dengan perempuan lain untuk mendapatkan informasi yang relevan, mengakses jaringan berkualitas tinggi untuk investasi, mempekerjakan atau dipekerjakan serta membangun pengalaman berbagi dan saling memberi dukungan,” jelasnya.
Pelantar web kami memungkinkan perempuan bertemu dengan perempuan lain untuk mendapatkan informasi yang relevan, mengakses jaringan berkualitas tinggi untuk investasi, mempekerjakan atau dipekerjakan serta membangun pengalaman berbagi dan saling memberi dukungan."
Fransiska Hadiwidjana
Ia mengingatkan para peserta muda tentang peluang besar yang ditawarkan oleh digitalisasi bagi semua orang, terlepas dari jenis kelaminnya. “Jenjang kariernya sangat menjanjikan dan kompensasinya di atas rata-rata. Kenapa masih ragu? Percaya pada diri sendiri karena kalau kamu percaya, tidak ada orang yang bisa mematahkanmu,” Fransiska menutup sesi diskusi.
Kami melihat semakin banyak perempuan yang terlibat di perusahaan rintisan sebagai insinyur atau pengembang TI, dan bahkan mengisi posisi yang lebih tinggi atau manajemen puncak."
Tauvik Muhamad, Staf Teknis ILO untuk Pengembangan Keterampilan
“Kendati pekerjaan TIK kerap dianggap sebagai pekerjaan laki-laki, semakin banyak perempuan yang memanfaatkan kekuatan teknologi ini. Kami melihat semakin banyak perempuan yang terlibat di perusahaan rintisan sebagai insinyur atau pengembang TI, dan bahkan mengisi posisi yang lebih tinggi atau manajemen puncak. Ini membuktikan bahwa perempuan berpotensi untuk merebut peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi,” pungkas Tauvik Muhamad, Staf Teknis ILO untuk Pengembangan Keterampilan.