Perempuan dalam Hari TIK internasional

Mengejar impian dalam teknologi: Perjalanan seorang wirausaha teknologi perempuan

Seorang insinyur sekaligus wirausaha teknologi perempuan Indonesia, Fransiska Hadiwidjana, berbagi perjalanan nspiratif dalam mengejar minatnya dan mendorong lebih banyak perempuan untuk memasuki dunia digital.

Feature | Jakarta, Indonesia | 22 April 2021
Pelantar web kami memungkinkan perempuan bertemu dengan perempuan lain untuk mendapatkan informasi yang relevan, mengakses jaringan berkualitaTeknologi selalu menarik minatnya. Berawal dari permainan elektronik saat masih kecil, Fransiska Hadiwidjana, seorang insinyur dan wirausaha teknologi berusia 30 tahun, mengikuti olimpiade sains saat di bangku SMP. Dia mulai terlibat pemrograman komputer saat di sekolah menengah atas dan menekuni jurusan teknik informasi di salah satu universitas terbaik di Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB).

Fransiska Hadiwidjana
“Saya menyukai teknologi. Dengan pemikiran logis dan kritis, kita dapat menciptakan produk-produk yang menarik,” ujar Fransiska Hadiwidjana. Dia berbagi perjalanan bisnisnya yang inspiratif pada bincang-bincang “Teenology” pada pertengahan Maret, yang diselenggarakan ILO bersama GRID Network, grup media terkemuka di Indonesia.

Perempuan masih kurang terwakili dalam TIK. Semua mentor saya adalah laki-laki dan dari 60 insinyur perangkat lunak di tim saya, hanya 10 orang perempuan."

Fransiska Hadiwidjana
Hasratnya ini telah mengubah dirinya menjadi sosok perempuan inspiratif di dunia informasi dan teknologi komunikasi (TIK) yang terus berkembang pesat. Perjalanan bisnisnya diawaili ketika memenangkan beasiswa ke Singularity University di NASA Research Park di Silicon Valley pada 2012 dan ikut mendirikan AugMI labs, sebuah perusahaan rintisan biomedis yang menjadi pemenang penghargaan setahun kemudian.

Pada 2017, ia menjadi pendiri dan CEO dari Prelo, lapak perdagangan daring di Indonesia yang terfokus pada penggunaan teknologi ramah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Pelantar ini, yang memungkinkan pengguna untuk menjual barang bekas atau menyewakannya, telah diakuisisi oleh Bukalapak, sebuah perusahaan e-dagang pada 2018. Di tahun yang sama ia dinobatkan Forbes sebagai satu dari sepuluh wirausaha teknologi perempuan inspiratif di Asia Tenggara melalui program "30 under 30 Asia".

Saat ini, dia aktif mempromosikan pekerjaan terkait TIK kepada perempuan. “Dulu di masa kuliah, hanya ada 20 mahasiswi dari 100 mahasiswa rekayasa perangkat lunak di kelas saya. Tak heran, hanya sedikit perempuan yang akhirnya dapat meniti karier di bidang TIK,” ujarnya.

Ia pun mengakui, bahkan dalam satu dawasawarsa kemudian, belum banyak terjadi perubahan. “Perempuan masih kurang terwakili dalam TIK. Semua mentor saya adalah laki-laki dan dari 60 insinyur perangkat lunak di tim saya, hanya 10 orang perempuan.” 

Halaman depan situs web Womenworks
Untuk mendorong lebih banyak perempuan memasuki sektor TIK, dia pun ikut mendirikan WomenWorks dan menjabat sebagai Chief Technology Officer, sebuah perusahaan rintisan yang menyediakan program pendampingan para perempuan untuk menggapai tujuan karier mereka.

“Pelantar web kami memungkinkan perempuan bertemu dengan perempuan lain untuk mendapatkan informasi yang relevan, mengakses jaringan berkualitas tinggi untuk investasi, mempekerjakan atau dipekerjakan serta membangun pengalaman berbagi dan saling memberi dukungan,” jelasnya.

Pelantar web kami memungkinkan perempuan bertemu dengan perempuan lain untuk mendapatkan informasi yang relevan, mengakses jaringan berkualitas tinggi untuk investasi, mempekerjakan atau dipekerjakan serta membangun pengalaman berbagi dan saling memberi dukungan."

Fransiska Hadiwidjana
Selain keterampilan teknis, ia menegaskan pentingnya keterampilan non-teknis. Tidak pernah berhenti belajar merupakah salah satu keterampilan non-teknis andalannya agar mampu mengikuti pesatnya perkembangan dunia digital. “Kita harus terus belajar. Saya akan melanjutkan kuliah ke Stanford University Graduate School of Business di Amerika Serikat tahun ini untuk memperkuat keterampilan bisnis,” ia menambahkan.

Ia mengingatkan para peserta muda tentang peluang besar yang ditawarkan oleh digitalisasi bagi semua orang, terlepas dari jenis kelaminnya. “Jenjang kariernya sangat menjanjikan dan kompensasinya di atas rata-rata. Kenapa masih ragu? Percaya pada diri sendiri karena kalau kamu percaya, tidak ada orang yang bisa mematahkanmu,” Fransiska menutup sesi diskusi.

Kami melihat semakin banyak perempuan yang terlibat di perusahaan rintisan sebagai insinyur atau pengembang TI, dan bahkan mengisi posisi yang lebih tinggi atau manajemen puncak."

Tauvik Muhamad, Staf Teknis ILO untuk Pengembangan Keterampilan
Acara ini merupakan bagian dari seri berbagi pengetahuan tentang permintaan keterampilan dan peluang pekerjaan di sektor TIK yang dibiayai bersama antara Pemerintah Jepang (Proyek Keterampilan Industri untuk Pertumbuhan Inklusif Tahap 2 (InSIGHT-2)) dan Fast Retailing Co., Ltd., (Proyek Perlindungan Pengangguran atau UNIQLO). ILO terus mendukung pengembangan talenta digital di Indonesia, termasuk talenta perempuan sebagai respons atas permintaan yang semakin meningkat.

“Kendati pekerjaan TIK kerap dianggap sebagai pekerjaan laki-laki, semakin banyak perempuan yang memanfaatkan kekuatan teknologi ini. Kami melihat semakin banyak perempuan yang terlibat di perusahaan rintisan sebagai insinyur atau pengembang TI, dan bahkan mengisi posisi yang lebih tinggi atau manajemen puncak. Ini membuktikan bahwa perempuan berpotensi untuk merebut peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi,” pungkas Tauvik Muhamad, Staf Teknis ILO untuk Pengembangan Keterampilan.