Teknologi dapat berikan peluang lebih besar bagi para penyandang disabilitas

Teknologi baru bisa menjadi peluang atau tantangan bagi para penyandang disabilitas. Diskusi interaktif yang dilakukan oleh ILO dan mitra sosialnya mengeksplorasi kemungkinan yang ditawarkan oleh teknologi dalam memberikan kesempatan kerja yang setara.

News | Jakarta, Indonesia | 09 September 2019
Teknologi dapat membantu penyandang disabilitas mewujudkan mimpi mereka
Menanggapi perubahan yang cepat di dunia dan pekerjaan di masa depan, ILO bekerja sama dengan Difalink (sebelumnya dikenal sebagai Diffago) dan Yayasan Dare — organisasi yang menangani masalah disabilitas, dengan dukungan dari Universitas Katolik Atma Jaya, melakukan bincang-bincang interaktif, “Pekerjaan Masa Depan, Tiada Seorangpun Yang Tertinggal”, untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya inklusivitas penyandang disabilitas di dunia kerja dan bagaimana teknologi dapat memberikan peluang lebih besar bagi orang dengan disabilitas.

Hastu Wijayasri, seorang siswa muda dan pengembang perangkat lunak, menekankan peluang besar yang dibawa oleh kemajuan teknologi bagi kehidupan para penyandang disabilitas, termasuk peluang kerja. “Teknologi ini memberi kami lebih banyak kesempatan dan peluang. Kita hanya harus membuka diri terhadap semua kemungkinan,” ungkapnya melalui penerjemah bahasa isyarat.

Teknologi ini memberi kami lebih banyak kesempatan dan peluang. Kita hanya harus membuka diri terhadap semua kemungkinan."

Hastu Wijayasri, seorang siswa muda dan pengembang perangkat lunak
Hastu berbagi perjalanan hidupnya untuk memberikan inspirasi. Dia awalnya berpikir tidak akan pernah mampu menjadi seorang pengembang perangkat lunak karena gangguan pendengarannya. Namun, ketika bergabung dengan Indonesian Google Developer Student Club, ia kemudian mendalami teknologi Android dan bersama rekan kerjanya telah mengembangkan aplikasi bernama Sukacare untuk membantu menghubungkan orang buta dengan sukarelawan yang melihat.

“Saya harus belajar dan bekerja empat kali lebih keras. Intinya, jangan pernah menyerah,” ujarnya menyemangati para peserta. Dia menambahkan bahwa dia akan terus meningkatkan aplikasinya agar dapat membantu memfasilitasi orang-orang dengan gangguan penglihatan dan bicara. "Saya bercita-cita untuk memulai perusahaan saya sendiri di masa depan," tambahnya.

Teknologi ini telah membantu kami mempercepat proses kerja dan telah membantu kami memperluas jaringan dan pasar kami. Sebagai hasilnya, perusahaan dapat mempekerjakan lebih banyak penyandang disabilitas dan dapat menyalurkan lebih banyak produk penyandang disabilitas kepada pembeli dan pasar yang lebih luas. Itu telah menjadi bagian dari kehidupan bisnis kami sehari-hari."

Mardea Mumpuni, Digital & Marketing Collaboration dari Precious One
Menanggapi kisah inspiratif Hastu, Tendy Gunawan, staf program ILO untuk kesempatan yang sama, mengingatkan para peserta bahwa digitalisasi dapat dianggap sebagai tantangan atau peluang tergantung pada persepsi diri. “Dengan perangkat teknologi, penyandang disabilitas dapat meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi mereka sehari-hari. Misalnya kita dapat bekerja dari rumah atau di mana saja dengan menggunakan teknologi. Ini adalah kesempatan bagi penyandang disabilitas karena sebagian besar infrastruktur transportasi di negara ini masih menjadi penghalang untuk pergi bekerja,” kata Tendy.

Sementara itu, Mardea Mumpuni, Digital & Marketing Collaboration dari Precious One, menyatakan bahwa teknologi telah membantu meningkatkan kinerja Precious One, sebuah perusahaan sosial yang mempekerjakan dan mendukung pekerja dengan disabilitas dan menyalurkan produk yang diproduksi oleh mereka.

“Teknologi ini telah membantu kami mempercepat proses kerja dan telah membantu kami memperluas jaringan dan pasar kami. Sebagai hasilnya, perusahaan dapat mempekerjakan lebih banyak penyandang disabilitas dan dapat menyalurkan lebih banyak produk penyandang disabilitas kepada pembeli dan pasar yang lebih luas. Itu telah menjadi bagian dari kehidupan bisnis kami sehari-hari,” ujarnya.

Bincang-bincang interaktif ini diakhiri dengan gagasan bahwa kemajuan teknologi tidak dapat dihindari dan kita semua, termasuk penyandang disabilitas, harus mengambil keuntungan dengan menciptakan peluang baru. “Kita harus termotivasi dan beradaptasi dengan perubahan. Teknologi baru dapat menciptakan peluang yang lebih besar jika kita benar-benar menerimanya. Karenanya sebagai penyandang disabilitas, kita harus terbuka dan percaya bahwa kita mampu berkontribusi kepada masyarakat dan terus menunjukkan kemampuan kita,” tegas Dimas P. Muharram, Pendiri Kartunet.com, sebagai moderator, saat menyimpulkan bincang-bincang interaktif tersebut.

Dengan perangkat teknologi, penyandang disabilitas dapat meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi mereka sehari-hari."

Tendy Gunawan, staf program ILO untuk kesempatan yang sama
Diskusi interaktif ini merupakan bagian dari pameran kerja inklusif dua hari yang diadakan pada akhir Agustus. Pameran kerja inklusif ini dihadiri oleh ratusan pencari kerja dengan disabilitas dan bertujuan untuk lebih menghubungkan perusahaan dengan pencari kerja dengan disabilitas.

Penyandang disabilitas masih menghadapi hambatan sikap, fisik dan informasi yang sangat besar terhadap kesempatan yang sama di dunia kerja. Data ILO tahun 2017 mengungkapkan bahwa dari 22 juta penyandang disabilitas di Indonesia, sekitar 13 juta masih menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan yang layak dibandingkan dengan pekerja non-disabilitas lainnya. Penyandang disabilitas cenderung bekerja di ekonomi informal.